KTI SKRIPSI KEBIDANAN KEPERAWATAN KESMAS KEDOKTERAN

Kumpulan KTI SKRIPSI Kebidanan Keperawatan Kesmas Kedokteran ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa/i kebidanan keperawatan kesehatan masyarakat dan Kedokteran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi sebagai salah satu syarat dalam tugas akhir pendidikan. Kumpulan KTI Skripsi ini akan terus kami tambah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan anda dalam mendapatkan contoh KTI Skripsi, jadi anda tidak perlu lagi membuang waktu dan biaya dalam mencari KTI yang anda inginkan.

KOTAK PENCARIAN:

kesulitan dalam mencari judul KTI Skripsi Gunakan pencarian berikut:

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (RDB) Di Puskesmas

16 October 2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai dengan demam mendadak, pendarahan dikulit maupun dibagian tubuh lainnya yang dapat menimbulkan syok bahkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dengan perantara nyamuk Aedea Agypti. (Krianto, 2009).
Tentu mencegah selalu lebih baik daripada mengobati artinya kita perlu selalu waspada dengan keberadaan nyamuk penyebab demam berdarah. Nyamuk Aedes Agypti senang sekali tumbuh dan berkembang di genangan air yang bersih, seperti penampungan air, bak mandi, pot bunga, dan gelas. Mungkin tempat – tempat tersebut pernah dikira sebagai lingkungan yang dipilih hewan ini. Oleh karena itu populasi nyamuk ini meningkat di musim hujan. (Satari, 2009)
Penyakit demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1958 sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Mulai saat itu penyakit inipun menyebar luas kepenjuru Indonesia. Kejadian luar biasa (KLB) terjadi pada tahun 1998 dimana Departemen Kesehatan RI mencatat sebanyak 2.133 korban terjangkit penyakit ini dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa.
Demam berdarah banyak ditemukan didaerah tropis dan sub tropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya. Word Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.. (www.Datinkes.worpress.com.2010).
Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia selama tahun 2009 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut data sementara direktorat pengendalian penyakit bersumber binatang kementerian kesehatan, jumlah kasus dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) selama tahun 2009 sebanyak 137.600 kasus dengan 1.170 kematian, sedangkan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tahun 2008 sebanyak 126.600 kasus dengan 1.1784 kematian. (http://www.pdpersi.co.id.2010).
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatera Utara pada tahun 2009 berjumlah 3.210 penderita yang meninggal 38 orang, itu data yang terkumpul hingga November daerah penderita terbanyak adalah dengan 1.275 orang dan 10 orang yang meninggal dunia. (www.google.2010).
Ketika penulis PBL (Praktek Belajar Lapaangan) di Puskesmas pada tahun 2009 lalu, penulis pernah melihat masyarakat melaporkan bahwa didaerahnya ada yang menderita kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), dan berdasarkan data laporan sementara Puskesmas Tahun 2009, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dari bulan Januari – November sebanyak 70 orang dan 3 orang yang meninggal.
Pada tanggal 21 Januari 2011 penulis melakukan survey ke Puskesmas , jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) bertambah 5 orang di bulan Desember, jadi jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas pada tahun 2009 sebanyak 75 orang, dan masuk kedalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas ini. (Sumber:data Laporan Puskesmas . 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis berpendapat bahwa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih tergolong tinggi di Puskesmas . Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lingkungan III Kelurahan I Kecamatan Perjuangan Wilayah Kerja Puskesmas 2011.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lingkungan III Kelurahan I Kecamatan Perjuangan Wilayah Kerja Puskesmas 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lingkungan III Kelurahan I Kecamatan Perjuangan Wilayah Kerja Puskesmas 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang tanda atau gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lingkungan III Kelurahan I Kecamatan Perjuangan Wilayah Kerja Puskesmas 2011.
1. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas ditinjau dari penyebabnya.
2. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas ditinjau dari pencegahannya.
3. Diketahuinya Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas ditinjau dari pengobatannya.

1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Masyarakat
Sebagai masukan atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lingkungan III Kelurahan I Kecamatan Perjuangan Wilayah Kerja Puskesmas 2011.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan informasi tentang bagaimana Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lingkungan III Kelurahan I Kecamatan Perjuangan Wilayah Kerja Puskesmas 2011.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.34

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Mengkonsumsi Air Putih Bagi Kesehatan Tubuh

ABSTRAK

Air sangat penting bagi kehidupan. Manusia bisa hidup dengan makanan namun manusia tidak anak bisa hidup tanpa air, dalam hidup manusia air mempunyai banyak peranan yang sangat penting mulai dari mandi, mencuci, memasak, sampai semua aktivitas manusia erat hubungannya dengan air. Begitu juga dengan tubuh manusia hampir diseluruh tubuh manusia terdiri atas air, dapat juga dikatakan air terdapat pada sel hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi air putih bagi kesehatan tubuh yang dilakukan di Dusun VIII Desa Kecamatan Tahun 2011 yang dimaulai pada tanggal 12 – 13 Mei 2011. Dengan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan, menganalisa dan menginterpretasi. Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah semua masyarakat yang tinggal di Dusun VIII Desa Kecamatan dengan jumlah populasi sebanyak 300 responden dan peneliti mengambil sebanyak 66 responden untuk dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dengan membagikan lembar kuesioner kepada responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 30 pertanyaan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah dari 66 responden didapati sebanyak 16 responden (24,24%) mempunyai pengetahuan baik, sebanyak 12 responden (18,18%) mempunyai pengetahuan cukup, sebanyak 26 responden (39,4%) mempunyai pengetahuan kurang dan sebanyak 12 responden (18,18%) mempunyai pengetahuan sangat kurang. Bagi masyarakat bukanlah pendidikan yang tinggi yang menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan yang baik, namun kemauan dan motivasi untuk mencari berbagai macam informasi melalui berbagai media, baik media cetak, media elektronik maupun yang lainnya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan.
Referensi : Sebanyak 10 buku 2003 - 2009
Kata Kunci : Pengetahuan + Manfaat Air Putih Bagi Kesehatan Tubuh

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Air sangat penting bagi kehidupan. Manusia bisa hidup tanpa makanan namun manusia tidak akan mampu hidup tanpa air, dalam hidup manusia air mempunyai peranan yang sangat penting mulai dari mandi, mencuci, memasak dan semua aktifitas manusia sangat erat hubungannya dengan air.
Setiap orang mutlak membutuhkan air bersih dan sehat, namun untuk memperoleh air yang dapat dikonsumsi bukanlah hal ynag gampang, apalagi di kota-kota besar dimana terjadi pencemaran yang dapat memperburuk keadaan. Kondisi seperti ini, agak berbeda dengan di desa. Meski di daerah pedesaan belum terdapat saluran air bersih, namun air tanah yang ada masih cukup kondisinya. Meski demikian, kondisi ini akan lebih baik jika mesyarakat mengetahui persyaratan air bersih dan laya untuk kebutuhan rumah tangga.
Ancaman pencemaran terhadap kualitas air di negara kita sudah serius dan merisaukan. Pencemaran air baik dari limbahindustri. Limbah rumah tangga maupun rumah manusia. Di Negara-negara berkembang menurut laporan World Health Organization sedikitnya 30.000 orang meninggal setiap harinya karena kekurangan air bersih dan fasilitas sanitasi yang kurang sehat. Di daerah rawan banjir seperti Jakarta, sumber air minum penduduk bersumber dari sumur gali dan sumur pompa, sumber-sumber air minum tersebut jelas tidak terhindar dari kotoran,zat-zat atau benda-benda pencemar yang terbawa oleh banjir. (Sumanto,tahun 2008).
Tahun 2009, tersebut sebuah penelitian ilmiah yang berkaitan dengan pengaruh air minum bagi manusia. Penelitian The Indonesian Religional Hydration Study (THIRST) yang dipimpin Prof.Dr.Ir.Hardiansya MS menemukan, sebanyak 46,1% dari 1200 penduduk Indonesia di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur Sulawesi Selatan mengalami dehidrasi ringan, sedangkan jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi dibanding orang dewasa yaitu 49,5%, berbanding 42,5% ditemukan pula penyebab tingginya dehidrasi karena rendahnya tingkat pengetahuan responden akan pentingnya fungsi air bagi tubuh di Desa Dusun VIII Kecamatan Tahun 2011. berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan ditemukan sebanyak 32 responden masih menggunakan air yang berwarna kuning dan berbau.
Dari data diatas maka permasalahan adalah: masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat air bagi tubuh.

1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti membuat permasalahan Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi air putih bagi kesehatan tubuh manusia di Desa Dusun VIII Kecamatan Tahun 2011

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
- Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi air putih bagi kesehatan tubuh.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang syarat air minum yang memenuhi standar kesehatan berdasarkan Pengetahuan
1.3.2.2 Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan jika tubuh mengalami kekurangan cairan berdasarkan Pendidikan
1.3.2.3 Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi air putih bagi kesehatan tubuh berdasarkan pekerjaan
1.3.2.4 Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang tentang manfaat mengkonsumsi air putih bagi kesehatan tubuh berdasarkan sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat dapat memahami dampak yang ditimbulkan jika tubuh mengalami kekurangan cairan
2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat air putih sebagai sumber kehidupan
3. Bagi institusi dapat dijadikan sebagai referensi/bacaan dari perpustakaan akademi keperawatan.
4. Dari data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dibidang kesehatan, terutama tentang manfaat air putih bagi kesehatan tubuh.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.33

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Gizi Yang Dibutuhkan Tubuh

ABSTRAK
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomi yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut.
Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan yaitu : perubahan penampilan bagian wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh seperti : sistem saraf, perubahan pancaindra, perubahan antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru.
Perubahan – perubahan tersebut pada umumnya mengarah kepada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga kepada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari – hari. Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik yaitu rentanya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar.
Berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain Diabetes Mellitus, Hipertensi, Jantung Koroner, Reumatik dan Asma sehingga menyebabkan aktivitas bekerja terganggu. Penelitian ini bekerja untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Gizi Yang Dibutuhkan Tubuh. Penelitian ini berjenis deskriptif dimana dari 50 responden didapati 26 responden (52%) yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 responden (4%), yang berpengetahuan baik dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 22 responden (44%).
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Gizi
Daftar Pustaka : 12 Referensi (1997 – 2008)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat diseluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun. Pada tahun 1980 : 55,30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64,05 tahun. (BDS. 2000)
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomi yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan yaitu perubahan penampilan bagian wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, perubahan panca indra, perubahan antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.
Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Menurut data SKRT ( Survey Kesehatan Rumah Tangga) masih tinggi. SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia 55 tahun keatas 25,7 persen. Berdasarkan SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun 15,1 %. Dalam Penelitian Propil Penduduk Lanjut Usia di Kodya Ujung Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita
Berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, reumatik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari- hari. Jadi langkah yang tepat untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit pada lansia adalah dengan pemenuhan gizi yang memenuhi kebutuhan tubuh.
Kebutuhan gizi pada lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua, dan memperlambat terjadinya usia biologis kebutuhan kalori dasar akibat kegiatan fisik kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat. Kebutuhan kalori pada lanut usia untuk melebihi 1200 kalori. Sebaiknya disesuaikan malam kegiatannya. Kebutuhan protein normal usia lanjut adalah 1 gram / kg BB / hari.
Makanan yang mengandung lemak hewani harus dikurangi, misalnya daging sapi, daging kerbau, kuning telur, otak, dan lain- lain. Lanjut usia disarankan mengkonsumsi makanan tambahan yang banyak mengandung kalsium ( ca ) atau zat kapur, kebutuhan kalsium lanjut usia adalah 14,1 Mg / kg BB / hari.
Zat besi perlu diberikan untuk kelancaran pembentukan darah. Lanjut usia perlu diperhatikan berikan buah- buahan untuk mendapatkan vitamin, untuk menghindari konstipasi ( sembelit ). Pada lanjut usia perlu diberikan cukup makanan yang mengandung serat, misalnya beras tumbuk, akar – akar hijau, kacang – kacangan, buah-buahan, serta banyak minum ( 1500 – 2000 cc ) yang sekaligus berguna membantu kerja ginjal.
( Nugroho, 2008, hal 102 )
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang tingkat pengetahuan lansia tentang gizi yang dibutuhkan oleh tubuh di Desa ........ dusun II

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan permasalahan yang timbul adalah bagaimana pengetahuan lansia tentang gizi yang diperlukan oleh tubuh.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan lansia tentang gizi yang diperlukan oleh tubuh
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan lansia terhadap yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan lansia terhadap zat gizi yang dibutuhkan

1.4. Manfaat Penelitian
1 Bagi Lansia
Yaitu dapat menambah pengetahuan dan menjadi acuan bagi lansia tentang pemenuhan gizi yang tepat.
2. Bagi peneliti
Yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti terutama tentang pemenuhan gizi yang tepat yang dibutuhkan lansia.
3. Bagi Instansi
Yaitu dapat dijadikan bahan acuan dan referensi di perpustakaan

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.32

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Asma Pada Anak di Desa

ABSTRAK

Asma merupakan penyebab kematian kedelapan di America Serikat didapat relevan asma sekitar 3% di Inggris sekitar 5% dan pada tahun 2000 menyebutkan lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia masing-masing infeksi paru 7,2% PPOK 4,8% tuberkulasis 3,0% kanker paru trakhea bronkus 2,1% dan asma 0,3% asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus di sertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden tentang penanganan asma pada anak. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu sampel penelitian ini dengan 35 responden dimulai pada tanggal 20 Mei – 25 Mei 2011. Hasil penelitian yang diperoleh tingkat pengetahuan responden tentang penanganan asma pada anak di Dusun III Desa Kabupaten mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 18 responden (51,4%) berdasarkan pendidikan mayoritas SD sebanyak 10 responden (28,6%) berdasarkan pekerjaan mayoritas bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 26 responden (34,3%) berdasarkan usia mayoritas berusia 31 – 35 tahun sebanyak 12 responden (34,3%) berdasarkan sumber informasi mayoritas dari teman sebanyak 25 responden (71,4%). Dari hasil penelitian dapat di simpulkan pengetahuan ibu tetang penanganan asma pada arak cukup di anjurkan kepada ibu-ibu supaya lebih mencari informasi tentang penanganan asma.
Kata Kunci : Pengetahuan + Penangan Asma.
Daftar Pustaka: 9 Referensi (2003 – 2008)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalamai penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangasangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Pada suatu serangn asma, otot polos dari bronci mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakkan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil di ammeter saluran udara (disebut bronkokons triksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas. Asma merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi.
Penyakit asma mengenai semua umur meski kekerapannya lebih banyak pada anak-anak dibandingkan dewasa. Asma lebih banyak diderita anak laki-laki, pada usia dewasa lebih banyak pada perempuan. Resiko dan tanda alergi atau asma dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak dalam kandungan pun mungkin sudah dapat terdeteksi. Alergi dan asma dapat dicegah sejak dini dan diharapkan dapat mengoptimalkan tumbuh dan kembang anak secara optimal. Perbedaan prevelensi asma pada anak di kota biasanya lebih tinggi dibandingkan di desa terlebih pada golongan sosiotetonomi rendah dibandingkan sosioekonomi tinggi pada hidup di kota meningkatkan resiko terjadinya asma baik prevelensi, morbiditas (perawatan dan kunjungan ke instansi gawat darurat) maupun mortalitasnya (lingkungan dalam rumah glongan sosioekonomi rendah mendukung pencetus asma).
Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian. Asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat berpariasi bahkan berat tingginya serangan dan sering-tidaknya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu akibat kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan tidak adekuat. Umumnya gejala klinis ditandai dengan adanya sesak napas dan megi (nafas berbunyi). Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak-anak yang menujukkan batuk dan atau megi yang timbul secara episodie, cenderung pada malam/dini hari musiman setelah aktivitas. Serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien dan keluarga.
Asma merupakan penyebab kematian kedelapan. Penelitian di Amerika Serikat mendapatkan prevelansi asma sekitar 3%, sementara di Inggris angkanya adalah sekitar 5%. Penelitian pada guru-guru di India menghsilan prevelensi asma sebesar 4,1%, sementara laporan dari Taiwan menunjukkan angka 6,2%. National Health Interview Survey Amerika Serikat malaporkan bahwa setidaknya 7,5% juta orang penduduk negeri itu mengidap bronchitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita amfisema dan setidaknya 6,5 juta orang menderita slah stu bentuk asma. Di tahun 1981 di Amerika Serikat dilaoprkan ada 60.000 kematian akibat PPOM dan keadaan yang berhubungan dengannya. Laporan ogranisasi kesehatan dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2% PPOK 4,8%, Tuberkulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1% dan asma 0,3%.
Peningkatan penderita asma broncihial juga terjadi di Indonesia. Penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuisioner ISAAC (international Study On Asthma and Alergy In Children) tahun 1995 menunjukkan prevelensi asma masih 2,1% dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%.
Data jumlah pasien asma yang masuk ruangan gawat darurat RS Persahabatan Jakarta mengalami pengingkatan dari 1.653 pasien pada 1998 menjadi 2.210 pasien pada 2000. Ini menunjukkan penderita asma belum mengenal penyakitnya dan asmanya belum terkontrol dengan baik. Menurut survey dari berbagai Rumah Sakit, jumlah penderita asma di sejumlah provinsi yakni Bali 2,4%, Jatim 7%, Jakarta untuk anak-anak 16,5%, Malang untuk anak-anak 22%, Jakarta Timur untuk dewasa 18,3% dan Jakarta Pusat 7%. Majalah Health Today.
Dengan melihat hasil dari berbagai pendapat dan pendataan yang dilakukan terhadap bahaya asma pada anak yang kejadiannya tinggi serta cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian mengenai “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Asma Pada Anak Di Batang Kuis Desa Dusun III”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas di dapat rumusan masalah yaitu “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Asma Pada Anak Di Batang Kuis Desa Dusun III”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Asma Pada Anak Di Batang Kuis Desa Dusun III”.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan asma pada anak berdasarkan pendidikan.
- Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan asma pada anak berdasarkan pekerjaan.
- Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan asma pada anak berdasarkan umur.
- Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan asma pada anak berdasarkan informasi.
1.3.3 Manfaat Penelitian
- Untuk Penulis
Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penanganan asma pada anak.
- Untuk Instansi
Sebagai bahan masukan bagi Akademi Keperawatan Harapan Mama dalam bidang penelitian.
- Untuk Orang tua
Agar masyarakat lebih mengerti tentang penanganan asma pada anak.
- Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya agar hasil penelitiannya nanti lebih baik dari yang sekarang.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.31

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Tindakan Keluarga Dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia

ABSTRAK

Di Sumatera Utara ditemukan penduduk yang berusia diatas 60 tahun ke atas berjumlah 631.604, sedangkan didaerah ditemukan penduduk Lansia diatas 60 tahun keatas yaitu berjumlah 61.108. Sedangkan hasil survey yang dilakukan peneliti di Dusun VIII Desa Kecamatan Tuan Kabupaten dijumpai 55 orang lansia. Lansia beresiko tinggi terhadap osteoporosis. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui tindakan keluarga dalam pencegahan osteoporosis pada lansia berdasarkan persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi. Osteoporosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan masa tulang yang berakibat meningkatnya resiko patah tulang. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan jumlah populasi 55 responden. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindakan berdasarkan persepsi baik berjumlah 34 responden (61,8%), cukup berjumlah 16 responden (29,1%), kurang berjumlah 5 responden (9,1). Tindakan berdasarkan respon terpimpin baik berjumlah 42 responden (76,4%), cukup berjumlah 8 responden (14,5%), kurang berjumlah 5 responden (9,1%). Tindakan berdasarkan mekanisme baik berjumlah 25 responden (45,4%), cukup berjumlah 21 responden (38,2%), kurang berjumlah 9 responden (16,4%). Sedangkan yang melakukan tindakan berdasarkan adaptasi baik berjumlah 43 responden (78,2%), cukup berjumlah 8 responden (14,5%), kurang berjumlah 4 responden (2,3%). Dengan demikian diharapkan bagi keluarga agar lebih memperhatikan kesehatan keluarga khususnya lansia dengan tindakan osteoporosis yang tepat.
Kata Kunci : Tindakan+Keluarga+Pencegahan+Osteoporosis + Lansia
Daftar Pustaka : 12 referensi (2004 – 2007),

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penuaan sering diikuti dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan, penurunan berbagai kemampuan organ, fungsi dan sistem tubuh ada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Menurut WHO, pada tahun 2009 osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data Internasional Osteoporosis Foundation lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.
Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang harus diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi.
Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak, tidak berolahraga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium. Maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis.
Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada orang tua juga dapat menyebabkan osteoporosis. Kekurangan magnesium juga dinyatakan sebagai salah satu penyebab osteoporosis. Magnesium terlibat dalam 300 lebih fungsi tubuh, selain untuk membantu metabolisme kalsium dan vitamin D, magnesium juga berperan langsung dalam mencegah pengeroposan tulang.
Persoalan osteoporosis pada lansia erat hubungannya dengan kemunduran produksi beberapa hormon pengendali remodeling tulang, seperti kalsitonim dan hormon seks. Dengan bertambahnya usia, hanya produksi beberapa hormon tersebut akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah testosteron pada kurun waktu usia 45-53 tahun.
Jika dihitung secara kasar maka dengan pertambahan usia harapan hidup pada tahun 2000 diperkirakan ada sekitar 14,7% dari 15,5 juta lansia yang beresiko patah tulang osteoporosis dengn perkiraan biaya sekitar US$ 2,7 miliar, sehingga pada tahun 2015 diperkirakan jumlah lansia 24 juta dengan resiko patah tulang osteoporosis sebanyak 352.850 dengan estimasi biaya US$ 3,2 miliar.
Menurut data statistik pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun ke atas di Sumatera Utara yang dalam keadaan kesehatan baik sebanyak 242.99, yang dalam keadaan kesehatan cukup sebanyak 215.787 dan dalam keadaan kesehatan yang kurang sebanyak 172.818. Jadi jumlah penduduk lansia yang diatas 60 tahun adalah 631.604, sedangkan jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun keatas di yang dalam keadaan baik sebanyak 21.703 dan dalam keadaan cukup sebanyak 19.222, sedangkan yang dalam keadaan kesehatan kurang sebanyak 20.183. Jadi jumlah total keseluruhan penduduk lansia yang 60 tahun keatas adalah 61.108. (http://www.datastatistik – Indonesia.com).
Berdasarkan survey yang dilakukan di Dusun VIII Desa dijumpai 55 orang lansia. Maka disinilah peneliti tertarik untuk meneliti “Tindakan Keluarga Dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia di Dusun VIII Desa Kec. Tuan Tahun 2011”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun yang menjadi perumusan masalah peneliti adalah “Bagaimana Tindakan Keluarga Dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia di Dusun VIII Desa Kec. Tuan Kab. Tahun 2011”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Tindakan Keluarga Dalam Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia di Dusun VIII Desa Kec. Tuan Kab. Tahun 2011”.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan persepsi.
2. Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan respon terpimpin.
3. Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan mekanisme.
4. Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pencegahan osteoporosis berdasarkan adaptasi.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan / wawasan bagi penulis tentang osteoporosis.
2. Bagi keluarga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi keluarga dalam rangka mengevaluasi pengetahuan mereka dalam meningkatkan upaya-upaya untuk mengetahui pencegahan osteoporosis.
3. Dari data yang diperoleh dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dibidang kesehatan, khususnya osteoporosis pada lansia.
4. Bagi institusi sebagai referensi / bacaan di perpustakaan Akademi Keperawatan.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.30

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Prilaku Sikap dan Tindakan Keluarga Tentang Pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas

ABSTRAK

Demam berdarah adalah salah satu penyakit infeksi yang serius, yang dikenal pula dengan sebutan DBD (Demam Berdarah Dengue) Indrawan 2007. DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau DEN-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya.
Penelitian ini bersifat deskriftif dengan menggunakan data primer yang diambil dari hasil pengamatan (angket) dan data skunder yang diambil dari hasil pengamatan (observasi), dan wawancara (interviuw) di Wilayah Kerja Puskesmas Perjuangan, sample yang diambil sebanyak 30 orang.
Dari hasil penelitian ini berdasarkan prilaku didapatkan mayoritas berkelakuan baik 23 responden 77%, berdasarkan sikap mayoritas bersikap baik 15 responden 50%, berdasarkan tindakan mayoritas bertindak baik 19 responden 63%, prilaku, sikap, tindakan keluarga tentang pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Perjuangan priode Mei sampai dengan Juli 2011, mayoritas berprilaku, sikap dan bertindak baik.
Diharapkan kepada semua pihak keluarga agar berprilaku bersikap dan bertindak dalam menangani demam berdarah.
Kaca Kunci : (Prilaku, Sikap, dan Tindakan pencegahan DBD)
Daftar Pustaka : (8 Reprensi tahun 2005-2009)

BAB I
PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang dibawah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti biasanya ditandai dengan demam yang bersifat birasik selama 2 – 7 hari. Atechia dan adanya manifestasi pedarahan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (www.google.com).
Di Indonesia demam berdarah dari 1 Januari – 10 Agustus 2005 di seluruh Indonesia mencapai 38.635 orang sebanyak 539 penderita diantaranya meninggal dunia menurut catatan dinas kesehatan Sumatera Selatan. Jumlah kasus DBD di Sumatera Selatan sebanyak 286 kasus pada Januari dan 159 kasus pada awal sampai pertengahan Februari 2005. Jumlah penderita sejak Januari 2005 mencapai 445 kasus. Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita DBD terbanyak yaitu 192 orang pada Januari, dan 57 orang pada Januari.
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropics Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD ditiap tahunnya sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009. Word Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara, dari jumlah keseluruhan kasus tersebut sekitar 95% terjadi pada anak.
Di Sumatera Utara, Mei 2009 tercatat 1349 kasus demam berdarah dengan angka kematian 17 orang, jumlah tersebut hasil rekapitulasi setiap Kabupaten / Kota. dari data itu diketahui angka kesakitan atau insiden rate (1A) hingga Mei 2009 ada 10.37% dari 100.000 penduduk dan angka kematian atau case fatality (CPR) mencapai 1.26%. (http://berita sore.com/2000).
tahun 2010 diprediksi puncak terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada bulan Juli, untuk itu masyarakat dihimbau agar selalu menjaga kebersihan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Sedangkan kecamatan yang terbanyak jumlah penderita DBD yaitu Helvetia, Sunggal, Johor Baru, Denai kota, sementara berdasarkan insiden rate (angka kejadian) dibanding jumlah penduduk yaitu Kecamatan Baru berdasarkan kasus berada di Kecamatan Helvetia (http.detinkesulsel.Word Press.com).
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatera Utara pada tahun 2009 berjumlah 3.2.10 penderita yang meninggal 38 orang itu adalah data yang terkumpul hingga November daerah penderita terbanyak adalah dengan 1275 orang dan 10 orang yang meninggal.
Dilihat dari angka kematian diatas satu persen, maka penyakit DBD lebih berbahaya dari Flu HINI, kata Kepala Dinas Kesehatan dr Sandra Syafei SpoG Kepala Seksi Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit yang bersumber dari binatang (P3B2) Suhardiono SKM,Mkes, jumlah

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Prilaku Keluarga Tentang Pencegahan Demam Berdarah di wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuam Umum
Untuk mengetahui prilaku sikap dan tindakan keluarga tentang pencegahan demam berdarah diwilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khsus
- Untuk mengetahui prilaku keluarga tentang pencegahan demam berdarah dengue di wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011.
- Untuk mengetahui sikap keluarga tentang pencegahan demam berdarah dengue di wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011.
- Dan untuk mengetahui tindakan keluarga tentang pencegahan demam berdarah dengue di wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian
- Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit demam berdarah dengue, baik gejala, penyebab, pencegahan maupun pengobatan.
- Sebagai informasi ilmu pengetahuan masyarakat khususnya kasus penyakit demam berdarah dengue yang ada dilingkungannya.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.29

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Prilaku Pasien Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RSU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner (traetsu urinalius) yang bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah msel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh (Vita Health, 2008. hal 1.1)
Gagal ginjal (renal atau Kidncy Falture) adalah kasus menurun fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun). Dikatakan gagal ginjal akut (acute renal falture), tetapi kemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya dapat segera diatasi. Gagal ginjal kronis sama dengan hipertensi, penyakit ikutan yang saling berkaitan, termasuk silent killer yaitu penyakit mematikan.
Gagal ginjal juga bisa juga sebagai akibat penyakit ginjal turunan. Namun, menurut Dr, Tunggul Situmorang SpPd. RGIT, Direktur Utama Rs. Eikini, kalau dulu. Penderita radang ginjal kronis tahap akhir disebabkan oleh radang ginjal menahun. Sekarang sudah penyebabnya ke komplikasi penyakit metabolik dan penyakit generatif .
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari Penetri (Persatuan Netrologi Indonesia) di perkirakan ada 70 ribu penderita ginjal di Indonesia, indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup tinggi. Namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (emodialim) hanya sekitar 4 ribu – 5 ribu saja ini dari jumlah penderita ginjal yang mencapai 4500 orang. Banyak penderita yang meninggal dunia akibat tidka mampu berobat dan cuci darah yang bianya sangat mahal ”kata Sri Soedarsono Ketua Yayasan Pembinan Asuhan Bunda (YPAB) Rumah Sakit Khusus Ginjal (RSKG) di sela acara peringatan ulang tahun Ke-16 Rumah sakit tersebut. Ditambahkan oleh dr. Rully MA Roesli PhD, SpPd-KGH Internis Neurologis Ny R.A Habibie yang juga ketua yayasan peduli ginjal dalam seminar ”Hidup Sehat Dengan Gagal Ginjal” di Semarang, gagal ginjal tergolong jenis penyakit dengan gejala yang kurang jelas, khususnya pada stadium awal. Gagal ginjal bisa semua menyerang semua golongan umur pria dan wanita tidak memandang tingkatan ekonomi. (Vita Health,2008, hal 9).
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus. GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada tahun 2000 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, amsih akan terus naik. Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.
Selain diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami GGK (gagl ginjal kronis) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di negeri Sakura itu, pada akhir tahun 1996 di dapatkan sebanyak 167.000 penderita yang menerima, terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih dari 200.000 penderita. (Santoso Djoko, 2008. Hal 2).
Hingga tahun 2015 diperkirakan sebanyak 36 juta orang warga meninggal akibat gagal ginjal, penyajit ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh 1 dari 10 orang dewasa. Di Indonesia, kata rachmat penyakit gagal ginjal kronik semakin banyak diderita masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari data kunjungan ke poli ginjal, hipertensi di rumah sakit dan semakin banyaknya penderita yang harus mengalami cuci darah.
Pada tahun 2008 jumlah pasien mencapai 2260 orang, salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ke tahun di dunia ini salah satunya. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap infeksi dini penyakit tersebut. (http://vida-ners. Blogspot.com).
Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau telah mengalami penyakit ginjal kronik (gagal ginjal) dimana laju filtrasi glomerulus (15 ml/menit) ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkan. Terapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal terminal (Nikon D. Cahyaningsih, 2009. hal:1).
Karena fungsi ginjal yang demikian kompleks dan penting apabila satu fungsinya tidak dapat dilakukan, ginjal dapat dianggap gagal dan mempunyai akibat yang menyengsarakan dan berlarut-larut. Gagal ginjal bisa terjadi sewaktu-waktu tetapi umumnya gagal ginjal terjadi secara bertahap dan bisa diperlambat atau dihentikan jika dilakukan pemeriksaan secara dini. (Milriy, 2002).
Di Sumatera Utara tepatnya di rumah sakit umum pusat Haji Adam malik. Jumlah penderita GGK yang menjalani Hemodialisa pada bulan Desember yang berjumlah 186 orang.
Ketika Penulis meninjau PBI (praktek belajar lapangan pada tahun 2009 lalu. Penulis melihat bahwa penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodaralisa bukan saja orang dewasa diatas 40 tahun keatas melainkan ada yang berusia 25 tahun. Penulis berpikir bahwa perilaku pasien juga sangat berpengaruh dalam menjalani terapi hemodralisa, setelah dilakukan survey pada tanggal 22 – 28 Maret 2011, penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSU pada tahun 2009 jumlah 238 orang dan bulan Maret 2011 jumlah pasien cuci darah berkisar 40 orang.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumusan masalah Bagaimana ” Prilaku Pasien Penderita Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi Hmodialisa di RSU Tahun 2011 ”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui ” Prilaku Pasien Penderita Gagal Ginjal Kronik yang mengalami terapi Hemodialisa di RSU Tahun 2011 ”
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui pengetahuan pasien penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
- Untuk mengetahui sikap pasien penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
- Untuk mengetahui tindakan pasien penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

1.4 Manfaat Penelitian
- Sebagai wahana bagi penulis untuk memperoleh informasi tentang riset keperawatan bagi mahasiswa/i sebagai bahan masukan yang penting untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya
- Bagi penderita gagal ginjal kronik :
Sebagai informasi tentang bahaya penyakit gagal ginjal dan pentingnya tindakan hemodialisa bagi hidup penderita gagal ginjal kronik
- Bagi instansi ( RSU )
Supaya dapat melihat faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat penderita gagal ginjal kronik untuk mengalami hemodialisa
- Untuk Peneliti
Adanya pengalaman baru bagi peneliti dan sebagai bahan rujukan atau contoh bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.28

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Peran Perawat Dalam Melaksanakan Tindakan Imobilisasi Pada Pasien Caesarea di Rawat Inap RSU

ABSTRAK

Imobilisasi merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat perawatan pasien bedah postpartum persalinan caesar. Imobilisasi keperawatn adalah imobilisasi yang dilakukan perawat untuk memperlancarkan peredarahan darah, mempercepat terjadinya partus dan menghindari komplikasi lainnya. Peran merupakan prilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status, jenis – jenis peran menurut Mareno dapat dibedahkan menjadi 3 macam yaitu : peran psikosomatik, peran sosial, dan peran psikodramatik. Faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan – tindakan yaitu : persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adopsi. Penelitian ini dilakukan di RSU dari Juni 2011 sampai dengan selesai. Jenis penelitian yang digunakan yaitu bersifat deskriptif yaitu dengan 15 responden, tindakan imobilisasi pada pasien Caesar berdasarkan pemberi asuhan keperawatan, mayoritas baik yaitu sebanyak 15 responden (100%), berdasarkan advokat mayoritas baik yaitu 15 responden (100%), berdasarkan edukator mayoritas baik sebanyak 13 responden (87%), minoritas cukup sebanyak 2 responden (13%), berdasarkan kolaborasi mayoritas baik sebanyak 14 responden (93%), minoritas kurang sebanyak 1 responden (7%), berdasarkan konsultan mayoritas baik sebanyak 14 responden (93%), minoritas cukup sebanyak 1 responden (7%), berdasarkan pembaharui mayoritas baik sebanyak 14 responden (93%), minoritas cukup sebanyak 1 responden (7%). Jadi dapat disimpulkan bahwa peran perawat dalam melaksanakan tindakan imobilisasi pasien Caesar di rawat inap RSU adalah mayoritas baik, dengan demikian diharapkan kepada perawat khususnya perawat RSU agar lebih meningkatkan peran perawat dalam melaksanakan tindakan imobilisasi pasien Caesar, baik dalam mengikuti pelatihan, berdiskusi, berkolaborasi atau berbagi informasi dari teman yang lebih berpengalaman.
Kata Kunsi : Imobilisasi + Caesar
Daftar Pustaka : 7 Referensi (2001 – 2009).

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang dan mobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran selanjutnya berada diantara rentang mobilisasi –mobilisasi. Tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.
Mobilisasi atau imobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah teratur dan mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, hal ini penting untuk kemandirian klien.
Mobilisasi merupakan faktor yang menonjol dalam mempersepsi pemulihan pasca beda post partum persalinan caesar.
Di sekitar kesehatan sendiri, upaya yang dilakukan akan lebih mengutamakan upaya kuratif, promotif, tanpa meninggalkan preventif dan rhabilitatif. Tindakan bedah sectio caesaria merupakan upaya untuk mengobsti (kuratif) suatu penyakit dan meringankan untuk dapat menyelamatkan nyawa ibu maupun janin. Bedah caesar kadar menjadi alternatif perslainan yang mudah dan nyaman.
Imobilisasi keperawatan adalah mobilisasi yang dilakukan perawat untuk memperlancarkan peredaran darah, mempercepat terjadinya platus dan menghindari komplikasi lainnya. Tindakan imobilisasi dibantu oleh perawat agar pasien mau melakukan tindakan mobilisasi dini dengan mengabsikan rasa malas dan sedikit nyeri juga rumor yang berpendapat bahwa jika banyak bergerak setelah operasi maka jahitan operasi akan lepas.
Menurut WHO tentang 3.509 kasus sectio caesar pada tahun 2009, indikasi sectio caesaris adalah disporporsi repcio peluik (21%), sedangkan indikasi lain adalah gawat janin (14%) plasenta pravis (11%), sectio caecaris (30%), preelamsi dan hipertensi (7%).
Nmaun berkat kemajuan antibiotik, tranfusi darah, anartesi dan tehnik operasi lebih sempurna kecenderungan untuk melakukan operasi ini tanpa dasar indikasi yang cukup kuat.
Survei sederhana pernah dilakukan oleh Prf. Dr. Gulardi dan Dr. A Bassalomah terhadap 64 rumah sakit di Indonesia hasilnya tercatat 18.665 kelahiran pada tahun 2009. dari angka kelahiran tersebut, sebanyak 19.5%, 27.3% diantaranya merupakan operasi caesar karena danya komplikasi chepao pelvis disprotion/CPO (ukuran lingkar pinggul ibu tidka sesuai tingkat kepala janin).
Berikutnya operasi caesar akibat pendarahan hebat yang terjadi selama persalinan sebanyak 11.8%-21% dan kelahiran caesar karena janin sungsang berkisar 43%-81.7%. data lain yang didapat dari RSUP N. Cipto mengunkusumo Jakarta. Tahun 2000-2009 menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404/bulan 30% diantaranya merupakan persalinan caesar, 52.5% adalah kelahiran spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat seperti occum dna forsep. Berdasarkan persentase kelahiran caesar tersebut, 13.7% disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung janin lemah menjelang persalinan) dan 24% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewti pinggul ibu. Sisanya sekitr 13.9% dilakukan tanpa melakukan pertimbangan medis.
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawaan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebtuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas penulis mengambil penelitian yang berjudul peran perawat dalam melaksanakan tindakan imobilisasi pada pasien caesar di ruang rawat inap di R.S. .

1,3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran perawat dalam melaksanakan tindakan imobilisasi pasien caesar di rawat inap di R.S. .
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui peran perawat dalam melaksanakan tindakan mobilisasi pasien caesar
- Untuk mengetahui distribusi definisi caesar
- Untuk mengetahui peran perawat dalam memberi informasi tentang tindakan imobilisasi pasien caesar berdasarkan posisi imobilisasi yaitu
1. Posisi litothomy 4. Tansderenburg
2. Gena Pectoral 5. Posisi Fowler
3. Dorsal Recumbent 6. Posisi Sims

1.4 Sasaran
Adapun sasaran penelitian ini para perawat di rawat inap di RS.
1.5 Waktu Penelitian
Waktu penelitian pelaksanaan pada bulan Juni 2011
1.6 Manfaat Penelitian
Merupakan bahan informasi dan menambah pengetahuan untuk penelitian kasus tersebut.
1.7 Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan peneliti bersifat deskriptif yaitu peran perawat dalam melaksanakan tindakan imobilisasi pasien caesar di rawat inap di RS. , .


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.27

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Peran Keluarga Pada Remaja Putri Dalam Memberikan Informasi Tentang Menstruasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menstruasi pertama sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa. Seorang anak yang akan menginjak usia remaja akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, baik dalam ukuran bentuk tubuh, maupun psikologis dan fungsi sosial. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi melalui proses yang cepat setelah menstruasi pertama.
Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal terjadi pada wanita subur. Menstruasi pertama bisa menjadi saat yang meresahkan bagi remaja putri, seringkali disertai dengan perasaan takut, cemas dan membingungkan. Perasaan semacam ini disebabkan karena kurangnya atau salahnya informasi yang didapat anak mengenai menstruasi.
Biasanya anak perempuan belajar tentang menstruasi dari ibunya, tetapi sebagian ibu enggan untuk membicarakan hal ini secara terbuka karena masih banyak masyarakat yang menganggap menstruasi adalah permasalahan yang tabu. Hal inilah yang menyebabkan anak memandang menstruasi sebagai suatu masalah yang negatif.
Pada sebagian remaja putri menganggap menstruasi yang dialaminya sebagai satu beban baru atau sebagai tugas baru yang tidak menyenangkan, mereka merasa dibatasi kebebasan dirinya karena mereka tidak bisa berenang atau berolahraga. Bahkan meraka harus mencuci dan membersihkan darah menstruasinya sendiri. Semua ini menjadi pengalaman baru yang kurang menyenangkan bagi dirinya.
Peranan orang tua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternative jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh remaja putrinya. Orang tua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternative supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orang tua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban diluar lingkaran orang tua dan nilai yang dianutnya ini bisa berbahaya jika lingkungan baru memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orang tua.
Dari permasalahan di atas, peneliti merumuskan masalah pentingnya peran keluarga pada remaja putri dalam memberikan informasi tentang menstruasi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana Peran Keluarga Pada Remaja Putri Dalam Memberikan Informasi Tentang Menstruasi.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran keluarga pada remaja putri dalam memberikan informasi tentang menstruasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui peran keluarga pada remaja putri dalam memberikan informasi tentang menstruasi tentang tanda dan gejala yang menyertai menstruasi.
b. Untuk mengetahui peran keluarga pada remaja putri dalam memberikan informasi tentang tindakan kebersihan (hygiene) saat mengalami menstruasi.
c. Untuk mengetahui peran keluarga terhadap perubahan psikologis remaja putri yang mengalamai menstruasi.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Keluarga
Memudahkan bagi orang tua dalam proses penyampaian informasi pada remaja putri tentang menstruasi.
1.4.2 Bagi Peneliti
- Untuk menambah wawasan bagi peneliti tentang kesehatan reproduksi wanita khususnya tentang menstruasi.
- Penelitian ini memberikan motivasi diri peneliti dalam menggali berbagai informasi tentang sistem reproduksi wanita khususnya tentang menstruasi.
- Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk memudahkan melakukan penelitian dibidang kesehatan khususnya tentang menstruasi.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi diperpustakaan untuk menambah informasi bagi pembaca tentang menstruasi.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.26

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan di RS

ABSTRAK

Manajemen sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, manajemen keperawaan suatu tugas yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencakan, mengorganisikan, menggarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia atau pun dana, sehingga dapat memberi pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Keperawatan merupakan model profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit ............. yang dimulai pada tanggal 24-27 Mei 2011. populasi dalam penelitian ini adalah perawat-perawat yang ada di lantai I, III, IV dan V berjumlah 20 perawat yang diambi secara acak sampel dalam penelitian menggunakan tehnik porposive sampel yaitu perawat-perawat yang dinas pagi yang berada di lantai I, III, IV dan V di Rumah Sakit ............. yang berjumlah 20 perawat. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa yang melaksanakan manajemen keperawatan di Rumah Sakit ............. baik. Hal tersebut dikarenakan manajemen keperawatan di rumah Sakit ............. tersebut ditata, diatur dengan baik. Dengan demikian peneliti menyarankan kepada tim pelaksanaan manajemen keperawatan agar tetap mempertahankannya atau lebih dtingkatkan lagi apa yang ada sekarang ini.
Kata Kunci : Manajemen Keperawatan, Mutu Pelayanan Keperawatan
Daftar Pustaka : 10 Buku (2011)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Istilah manajemen berasal dari kata management (bahasa Inggris) turun dari kata ”to Manage” yang artinya mengerus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara manager “orangnya” mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi pembantunya agar usaha yang sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen juga dapat diartikan lagi proses perencanaan, pengorganisasiaan, pengarahan dan pemantaun berbagai upaya dari anggota, organisasi dan menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan sendiri diartikan secara singkat sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan. Pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, masyarakat. (Syafruddin, SKM. M. Kes. 2009)
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, atau pun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif. Baik kepada pasien keluarga dan masyarakat. (Suyanto, SKP. M. Kep 2008)
Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada indivudi baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan, fisik, psikis, sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. (Nursalam, 2009)
Mutu adalah meurpakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen baik internal maupun eksternal. (Al Azzap, 2009)
Pelayanan keperawatan adalah merupakan bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang sakit untuk dapat memenuhi kebutuhannya, sebagai makhluk hidup yang beradaptasi terhadap stress dengan menggunakan potensi yang ada pada diri individu itu sendiri.
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melaksanakan upaya peningkatan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk segera berobat kerumah sakit hanya jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan dasar dari pelayanan keperawatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan dan organisasi tersebut. Adapun perubahan sosial budaya masyaraka dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan pengetahuan demikian cepat. Serta diikuti oleh tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik, mengharuskan sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan yang ada pada masyrakat tersebut. Oleh sebab itu setiap rumah sakit maupun puskesmas seharusnya meningkatkan penampilan masing-masing secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat agar dapat terus berkembang. (M. Fais Satrianegara, 2009)
Hal yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul “Pelaksanaan Manajemen Keperawatan terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan” bahwasanya keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya di negara kita Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang didapatkan perumusan masalah yaitu bagaimana “Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan di R.S.U. .............

1.3. Tujuan Peneliti
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan di R.S.U ............. .
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen keperawatan berdasarkan proses
2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen keperawatan berdasarkan prinsif
3. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen keperawatan berdasarkan kerangka konsep dan pilosofi
4. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen keperawatan berdasarkan fungsi
5. Untuk mengetahui peningkatan mutu pelayanan keperawatan berdasarkan strategi

1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan mengevalusi manajemen keperawatan yang sudah ada dengan maksud untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan di R.S.U. ............. .
2. Bagi Institusi Akper Harapan Mama
Sebagai informasi / sumber bacaan di perpustakaan Akper Harapan Mama dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan agar lebih baik kedepan khususnya dalam bidang manajemen keperawatan
3. Bagi Peneliti Sendiri
Sebagai ilmu pengetahuan dan tambahan ilmu khususnya dibidang keperawatan tentang pelaksanaan manajemen keperawatan di R.S.U ............. .
4. Bagi Penelitian Lainnya
Sebagai masukan bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti tentang penelitian yang berkaitan dengan ”Pelaksanaan manajemen keperawtan terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
Perawat dituntut selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etika. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global. Mengingat setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan yang profesional setiap mempertahankan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
(Nursalam, 2009)
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil ”Pelaksanaan Manajemen Keperawatan Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan di R.S.U. ............. .

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.25

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Motivasi Remaja Dalam Melakukan Tindakan Sadari Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Kanker Payudara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kanker payudara disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalm kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih, 2009).
Kanker payudara dapat menyerang siapa saja, terutama kaum perempuan. Di Asia, sebenarnya insiden kanker payudara masih rendah : 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk.
Amerika Serikat dan negara maju jauh lebih tinggi yaitu 100 kasus baru per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000 akan meninggal akibat penyakit ini. (www.google.com).
Penderita kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dengan penemuan kasus baru 22,7 pasien dan jumlah kematian 14 persen per tahun dari seluruh penyakit kanker yang diderita perempuan di dunia.
Insiden kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi berdasarkan data globoon, IARC 2002, didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan. (www.kompas.com).
Di negara berkembang, setiap tahunnya lebih dari 580.000 kasus kanker payudara ditemukan. Kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Data WHO (World Health organization) menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.
Kehidupan saat ini dipenuhi oleh bahan-bahan yang kemungkinan dapat memicu kanker payudara seperti makanan dengan kandungan bahan kimia atau zat-zat adituf yang berbahaya dan penggunaan alat KB hormonal yang tidak terkontrol dengan baik.
Para wanita bisa mencegah terjadi penyakit berbahaya itu dengan mengadakan deteksi awal. Para wanita bisa melakukan pencegahan dengan cara SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) atau dalam bahasa Inggris disebut breast self-exam ini penting, karena 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. (www.google.com)
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti di Akademi Keperawatan ............ khusus pada mahasiswa 5 orang, ditemukan adanya benjolan pada payudara. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Motivasi Remaja Untuk Melakukan Tidakan Sadari Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Kanker Payudara di Akademi ............ Tahun 2011”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang masalah bagaiaman Motivasi Remaja Untuk Melakukan Tidakan Sadari Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Kanker Payudara di Akademi ............ Tahun 2011”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana Motivasi Rejama Dalam Melakukan Tindakan Sadari.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Bagaimana Motivasi Remaja Dalam Melakukan Tindakan Sadari di
Akademi ............ berdasarkan yang dipelajari (keingintahuan).
2. Bagaimana Motivasi Remaja Dalam Melakukan Tindakan Sadari di Akademi ............ berdasarkan pengetahuan (kognitif).
3. Bagaimana Motivasi Remaja Dalam Melakukan Tindakan Sadari di Akademi ............ berdasarkan ekspresi diri

1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Kaum Remaja
Meningkatkan pengethauan remaja dalam melakukan tindakan sadari dan sebagai masukan bagi remaja bahwa motivasi dapat mendorong remaja untuk mengambil sikap ataupun keputusan.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Dalam menyediakan bahan makanan hendaklah bahan makanan yang mengandung gizi yang baik untuk kesehatan serta menghindari dari berbagai macam penyakit seperti Ca. Mammae.
c. Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian yang dapat digunakan untuk masukan dan referensi di dalam pustaka.
d. Bagi Peneliti
- Merupakan pengalaman belajar dalam melaksanakan riset keperawatan dan dapat mengetahui informasi yang diperlukan sehingga dengan memotivasi remaja untuk melakukan tindakan sadari dan menambah pengetahuan tentang cara pencegahan dan pendeteksi dini Ca. Mammae.
- Merupakan salah satu syarat untuk lulus program D III Keperawatan.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.24

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Karakteristik Wanita Dengan Kanker Payudara Di Rumah Sakit

ABSTRAK

Kanker payudara adalah suatu penyakit Neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma dimana sel telah kehilangan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Masalah kanker payudara juga ditandai dengan tingginya mortalitas, untuk itu tingginya kematian kanker payudara berhubungan dengan keterlambatan diagnosis. Beberapa data menunjukkan bahwa > 50% pasien datang dalam stadium lanjut (stage III dan IV). DiIndonesia angka kejadian kanker payudara diperkirakan 26 per 100.000 perempuan.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik wanita dengan kanker payudara di Rumah Sakit ........ Periode 2008 – 2010. jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder dari Medical record dengan total sampling yaitu sebanyak 40 orangDari hasil peneliti diketahui bahwa penderita kanker payudara dipengaruhi oleh faktor umur, paritas, pekerjaan dan faktor penyebab. Penderita kanker payudara berdasarkan umur mayoritas ditemukan umur 41 - 46 tahun sebanyak 16 orang (40%) dan minoritas pada umur 71 – 76 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5%). Berdasarkan paritas mayoritas penderita kanker payudara ditemukan pada paritas multipara sebanyak 37 orang (92,5%) dan minoritas ditemukan pada wanita primipara yaitu sebanyak 1 orang (2,5%). berdasarkan pekerjaan mayoritas ditemukan pada jenis pekerjaan IRT yaitu sebanyak 17 orang (42,5%) dan minoritas ditemukan wanita bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 9 orang (22,5%. Berdasarkan faktor oenyebab pada wanita mayoritas ditemukan riwayat keluarga atau faktor genetik yaitu sebanyak 12 orang (30%). Dan minoritas ditemukan pada penggunaan hormon yaitu sebanyak 1 orang (2,5%) Berdasarkan hasil penelitian diatas diharapkan kepada tenaga kesehatan agar kiranya lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam upaya deteksi secara dini kanker payudara dan memberikan asuhan kebidanan kepada para wanita mengenai pentingnya pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Kata Kunci : Kanker Payudara
Daftar Pustaka : 14 buku (2002 – 2010)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kanker payudara adalah suatu penyakit Neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma dimana sel telah kehilangan pengendalian mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Masalah kanker payudara juga ditandai dengan tingginya mortalitas, untuk itu tingginya kematian kanker payudara berhubungan dengan keterlambatan diagnosis, beberapa data menunjukkan bahwa lebih dari 50% pasien datang dalam stadium lanjut (stage III dan IV). Keterlambatan pengobatan, Bila seorang wanita yang terkena kanker payudara dan pada awalnya wanita tersebut tidak mengacuhkannya sehingga keadaannya semakin parah bahkan sampai pada stadium lanjut dan pada akhirnya deteksi dini dan penanganan kanker payudara menjadi terlambat. tingginya mortalitas ini tidak hanya disebabkan oleh keterlambatan kemampuan pengobatan dirumah sakit tetapi lebih disebabkan oleh faktor – faktor pasien itu sendiri seperti : keterlambatan pengobatan, keterlambatan ekonomi (kebanyakan masalah sosial ekonomi rendah) serta rendahnya pengetahuan tentang kanker payudara dan kematian biasanya tidak langsung disebabkan oleh kanker payudara itu sendiri tetapi karena kanker payudara mempunyai metastasis yang cepat dan jauh (Quik metastasis) misalnya paru – paru dan tulang (Dr. MN. Bustan. 2007).
Menutut Moningkey dan kodim, penyakit spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terjadinya kanker payudara yaitu :
1. Faktor reproduksi
2. Pengunanaan hormon
3. Penyakit fibrokistik
4. Obesitas
5. Konsumsi lemak
6. Radiasi
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik
(Astana, 2009).
Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling banyak ditemui dinegara – negara yang sedang berkembang, menurut WHO menyebutkan 8 – 9% wanita akan mengalami kanker payudara dalam hidupnya (Cyntia, 2009). Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dengan 40.970 kasus kematian pada wanita (Anonimc, 2006) (Kumalasari, http://www. Mediasehat.,com/utama 2007-php
Walaupun belum ada data statistic yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita, baik menurut penyelidikan bagian patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro).
Berdasarkan system informasi Rumah sakit tahun 2007 kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap diseluruh rumah sakit di Indonesia (16,5%) kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per100.000 perempuan. (Sudarianto. 2010). (http://berita .kapan lagi-com/pernik/kasus kanker-payudara-masih-tertinggi.html
Menurut prevalensi data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2007 kejadian kanker payudara sebanyak 8.227 kasus atau 16,5% dan kanker leher rahim 5.786 kasus atau11,78% “katanya,di Sumatera utara,kamis 4/2/2010.
Media Simatea Utara Com/READ/2010/02/04/121138/71/14/Kanker Payudara Masih-Dominan.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di ruang rekam medik Rumah Sakit ........ tentang kasus wanita dengan kanker payudara periode 2008 – 2010 yaitu 40 jumlah kasus.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahan yaitu Bagaimana Karakteristik Wanita Dengan Kanker Payudara di Rumah Sakit ........ yaitu Periode 2008 - 2010

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui distribusi karakteristik wanita dengan kanker payudara dan penyebabnya pada pasien dengan kanker payudara di Rumah Sakit ........ Periode 2008 – 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Wanita dan Kanker Payudara berdasarkan umur di Rumah Sakit ........ periode 2008 – 2010.
2. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Wanita dan Kanker Payudara berdasarkan paritas di Rumah Sakit ........ periode 2008 – 2010.
3. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Wanita dan Kanker Payudara berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit ........ periode 2008 – 2010.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pihak RSU ........
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan khususnya dengan kasus kanker payudara
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan ............ Kabupaten ............
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang karakteristik wanita dengan kanker payudara di Rumah Sakit ........ Periode 2008 – 2010.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.23

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Karakteristik Balita Dengan Demam Kejang di Rumah Sakit

ABSTRAK

Demam Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Dengan penanggulangan yang tepat prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. Kejadian demam kejang diperkirakan 2 – 4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan Demam Kejang Kompleks. Dan lebih sering terjadi pada anak laki- laki. Dan di Indonesia khususnya didaerah Tegal, Jawa Tengah tercatat 6 balita tewas akibat serangan demam kejang, dari 62 kasus penderita demam kejang. Penelitian ini bersifat deskriptif untuk mengetahui Karakteristik Balita Dengan Demam Kejang yang dilakukan pada bulan Februari-Juni dengan menggunakan data sekunder yang di peroleh dari Medical Record Rumah Sakit ......... sebanyak 52 orang. Setelah diolah selanjutnya data dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan umur 2-4 tahun yaitu sebanyak 26 orang (50%), karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan jenis kelamin mayoritas ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang(65,39%), sedangkan karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan jenis persalinan Sectio cesaria sebanyak 28 orang (53,85%). Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan baik dari segi kwalitas maupun kwantitas dalam memberikan pelayanan. Serta untuk melengkapi fasilitas peralatan medis, serta khususnya di bagian rekam medik agar dapat lebih, melengkapi data secara akurat terutama yang berkaitan dengan kasus demam kejang.
Kata Kunci : Karakteristik Balita, Demam Kejang.
Daftar Pustaka : 16 Referensi (2002-2010)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Demam bukanlah penyakit, melainkan gejala suatu penyakit, salah satu penyebab demam adalah akibat infeksi virus misalnya seperti flu, cacar, campak, SARS, demam berdarah, tifus, radang tenggorokan dan lain-lain. (Nakita,2007)
Secara sederhana, demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal, meskipun tidak semua kenaikan suhu tubuh termasuk demam. Dan kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang diatur dan dikontrol oleh susunan syaraf pusat. Demam merupakan gambaran karakteristik dari kenaikan suhu oleh karena berbagai penyakit infeksi dan noninfeksi, sehingga perlu dibedakan dari kenaikan suhu oleh karena stres demam dan penyakit demam. Sebagai manifestasi klinis, maka demam terjadi pada sebagian besar penyakit infeksi yang ringan dan serius. (Maulana,2009)
Suhu tubuh yang tinggi pada saat demam dapat menimbulkan serangan kejang, demam kejang merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh anak, dan kalangan awam lebih sering menyebutnya dengan istilah Step, sementara istilah medisnya adalah Confulsio Febrillis. Demam kejang lazim terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, sampai usia 2 tahun rata-rata anak menderita demam sampai enam kali serangan. (Nakita, 2007)
Tetapi tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejadian kejang terjadi pada suhu 38 0 C sedangkan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 0C atau lebih. (Maulana, 2009)
Demam adalah penyebab utama terjadinya demam kejang. Selain itu terdapat faktor riwayat demam kejang pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium yang rendah. Setelah demam kejang pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, risiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga demam kejang, dan riwayat keluarga epilepsi. ( Mansjoer, 2000 )
Demam kejang terdiri dari dema kejang sederhana, dan demam kejang kompleks. (Faiq, 2007)
Demam kejang sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau ganguan kepandaian. Resiko untuk menjadi epilepsi dikemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2% hingga 3%. Risiko terbanyak adalah berulang demam kejang, yang dapat terjadi pada 30 sampai 50% anak. Risiko-risiko tersebut lebih besar pada demam kejang kompleks. (Sabrina, 2008)
Kejadian demam kejang diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan demam kejang kompleks. Umumnya demam kejang timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Demam kejang sedikit lebih sering pada laki-laki.
( Mansjoer, 2000 )
Bila kejang sering berulang dan berlangsung lama (lebih dari 5 menit), bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel otak akibat terhambatnya aliran oksigen ke otak, hal ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. (Nakita, 2007)
Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya; Lumbang Tobing (1975) mendapatkan 6%, sedangkan Livingstone (1954) dari golongan demam kejang sederhana mendapatkan 2,9% yang menjadi epilepsi, dan golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi. Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. (Ngastiyah, 2005)
Di Indonesia khususnya didaerah tegal, jawa tengah tercatat 6 balita meninggal akibat serangan demam kejang, dari 62 kasus penderita demam kejang (Kuncoro, 2009)
Selain itu di ......... penyakit demam kejang menjadi penyakit peringkat pertama yang ditangani dokter di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi selama Agustus-Desember 2010. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi pasien yang dirawat inap sebanyak 155 pada bulan Agustus. Kemudian pada bulan Desember berjumlah 177 pasien. ( Indragunawan, 2009 )
Sedangkan berdasarkan data survei awal peneliti pada tanggal 24 Februari 2010 di Rumah Sakit terdapat kasus balita dengan demam kejang berjumlah 52 orang balita yang mengalami demam kejang selama periode 2007 - 2010.
Sesuai dengan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Karakteristik Balita Demam Kejang di Rumah Sakit Periode 2007 - 2010”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana “ Karakteristik Balita Dengan Kejang di Rumah Sakit ......... Periode 2007–2010”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik balita dengan Demam Kejang di Rumah Sakit ......... Periode 2007 - 2010
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi Balita dengan Demam Kejang Berdasarkan Umur Bayi di Rumah Sakit ......... pada Periode 2007 - 2010.
2. Untuk mengetahui distribusi Balita Dengan Demam Kejang Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit ......... pada Periode 2007 – 2010.
3. Untuk mengetahui distribusi Balita dengan Demam Kejang Berdasarkan Jenis Persalinan Ibu di Rumah Sakit ......... Pada Periode 2007 - 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pihak Rumah Sakit Umum .........
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Rumah Sakit ......... dalam meningkatkan pelayanan terutama pada Balita Demam Kejang.
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan serta untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswi Akbid .............
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan baik itu teori maupun praktek khususnya dalam pelaksanaan metodologi penelitian.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.22

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI