KTI SKRIPSI KEBIDANAN KEPERAWATAN KESMAS KEDOKTERAN

Kumpulan KTI SKRIPSI Kebidanan Keperawatan Kesmas Kedokteran ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa/i kebidanan keperawatan kesehatan masyarakat dan Kedokteran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi sebagai salah satu syarat dalam tugas akhir pendidikan. Kumpulan KTI Skripsi ini akan terus kami tambah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan anda dalam mendapatkan contoh KTI Skripsi, jadi anda tidak perlu lagi membuang waktu dan biaya dalam mencari KTI yang anda inginkan.

KOTAK PENCARIAN:

kesulitan dalam mencari judul KTI Skripsi Gunakan pencarian berikut:

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Usia 10-19 Tahun Tentang Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi

09 July 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Para remaja dewasa ini generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun dan beranjak dewasa di dunia yang sangat berbeda daripada dunia di waktu para orang tua mereka beranjak dewasa. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka (www.situs.kesrepro.info/krr/materi/remaja.htm, )
Peristiwa terpenting yang terjadi pada remaja putri adalah datang haid yang pertama kali, biasanya umur 10-16 tahun. Saat haid yang pertama ini datang dinamakan menarche. Di desa-desa kecil, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan remaja yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita. Sikap semacam itu hingga kini masih dipertahankan di beberapa daerah. Oleh sebab-sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi lebih awal. Di Inggris, rata-rata haid pertama datang pada usia 13 tahun. Dibandingkan dengan keadaan di abad yang lalu, dimana haid pertama pada umumnya datang pada umur 15 tahun. Nampaknya anak-anak remaja putri yang dari orang tua yang lebih berada, mengalami menarche lebih cepat daripada mereka yang mempunyai orang tua kurang berada. Tetapi rata-rata perbedaan itu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan. Anggapan remaja di daerah tropis mengalami menarche lebih awal dari remaja daerah dingin tidak terbukti. Kedatangan haid yang pertama lebih tergantung pada tingkat sosial ekonomi daripada iklim tempat tinggal (Llewelln-Jones, 1997).
Haid pertama bisa menjadi saat yang menyusahkan bagi anak perempuan, seringkali dibarengi perasaan yang campur aduk, takut dan cemas serta membingungkan hal ini umumnya disebabkan karena kurang atau salahnya informasi mengenai haid. Bagi anak perempuan yang telah dipersiapkan, biasanya tidak bingung lagi menghadapi haid pertamanya. Umumnya orang takut melihat darah, apalagi anak-anak. Ketidaktahuannya dapat menyebabkannya secara keliru, mengaitkan haid dengan penyakit atau luka bahkan memandangnya sebagai sesuatu yang memalukan, karena tidak mendapatkan penjelasan yang benar. Menurut penelitian hasil dari partisipan dari 23 negara sepertiga responden mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dari survei tersebut, mereka yang tidak pernah tahu masalah haid, para wanita itu mengatakan hal ini merupakan pengalaman yang sangat buruk dan haid pertama membuat panik, trumatis, malu, dan takut (www.dwp.or.id, )
Dalam masyarakat kita sering menemukan berbagai pandangan, pendapat, persepsi, dan kepercayaan tentang suatu hal yang dipercaya oleh masyarakat karena dianggap benar, padahal belum tentu benar. Pandangan yang sering muncul dan berkembang dalam masyarakat karena beberapa hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat atau kurang lengkap, penyampaian informasi terlalu berlebihan sehingga menimbulkan sikap diskriminasi dikalangan remaja atau masyarakat terhadap berbagai masalah, salah satu diantaranya mengenai masalah menstruasi. Sangat banyak sekali cerita yang berkembang dikalangan masyarakat sehubungan dengan menstruasi sedangkan kebenarannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Salah satu mitos yang sering terdengar diantaranya adalah bahwa remaja yang sedang mens dianggap kotor dan sakit. Sebenarnya, menstrusi tidak membuat remaja perempuan menjadi kotor dan sakit. Namun memang benar jika sedang haid remaja putri harus menjaga kebersihan, seperti mengganti pembalut.
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Salah satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.
Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orangtua kita sejak kita masih kecil. Tetapi, karena orangtua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka (Sarwono cit www.gizi.net, )
Dari hasil pra survei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada remaja putri di dusun Kecamatan didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi seperti berapa kali harus mengganti pembalut dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur di dusun Kecamatan tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Jumlah penduduk dusun Kecamatan Tahun .
No Umur Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 0-4 tahun 134 294 428
2 5-9 tahun 196 256 452
3 10-14 tahun 115 123 238
4 15-19 tahun 101 156 257
5 20-24 tahun 391 487 878
6 25-29 tahun 192 286 478
7 30-34 tahun 387 389 776
8 35-39 tahun 265 269 534
9 40-44 tahun 292 295 587
10 45-49 tahun 288 301 589
11 50-54 tahun 197 199 396
12 55-59 tahun 129 131 260
13 >60 tahun 116 383 499
Sumber: Register Pendataan Keluarga (RPK) dusun

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu:
1.2.1 Pada hasil penelitian dari partisipasi 23 negara sepertiga responden mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukan
1.2.2 Salah satu keluhan yang dirasakan saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang timbul akibat kurangnya kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.2.3 Dari hasil prasurvei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada remaja putri di dusun Kecamatan didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan saat menstruasi seperti: berapa kali harus mengganti pembalut dan tampon dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri usia 10-19 tahun tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Kecamatan tahun ?

1.4 Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah gambaran tingkat pendidikan remaja putri di dusun Kecamatan tahun ?
2. Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Kecamatan tahun ?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Kecamatan tahun .
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pendidikan remaja putri di dusun Kecamatan tahun .
2. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Kecamatan tahun .

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi remaja putri
Untuk memberikan informasi tentang menstruasi khususnya bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi kepada remaja putri.
1.6.2 Bagi masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi, sehingga masyarakat khususnya orang tua yang memiliki remaja putri bisa memberikan masukan mengenai kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.6.3 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan AKBID Wira Buana Metro
1.6.4 Bagi peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.6.5 Bagi peneliti lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut dengan variabel yang belum diteliti.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : deskriptif
Subjek : remaja putri dengan usia 10-19 tahun
Objek : pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi
Lokasi penelitian : dusun Kecamatan
Waktu : Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 29 Juni tahun
Alasan : di dusun Kecamatan banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan dari hasil pra survei didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi seperti berapa kali harus mengganti pembalut dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.220

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pendidikan Seksual di SMA

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Jawa Timur pada tahun 2004 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 16-19 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Surabaya, 2004).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).
Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 14 tetapi bisa lebih awal (pubertas dini) atau terlambat, tergantung dengan faktor-faktor genetik individu. Masa pubertas berlangsung selama kira-kira lima tahun dan sebagaimana terjadi pada anak laki-laki, diawali dengan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar pituitary yang kemudian bertindak secara langsung pada organ-organ seksual. Kejadian yang paling dramatis bagi para anak perempuan adalah masa awal menstruasi (menarche) sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan tersebut, estrogen dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur dan uterus membesar, bersamaan dengan perkembangan dan kedewasaan organ-organ kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat yang menghasilkan tinggi dan berat menyertai perubahan-perubahan tersebut. Kedua pinggul melebar dan pola pendistribusian lemak berubah untuk memproduksi bentuk tubuh perempuan yang karakteristik. Juga karakteristik-karakteristik seksual sekunder berkembang sebagai kelanjutan-kelanjutan pubertas, terutama pembesaran kedua payudara, pertumbuhan bulu-bulu kelamin dan ketiak serta perkembangan kelenjar-kelenjar keringat.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMA Negeri 1 Oleh karena minimnya pengetahuan atau edukasi tentang seks baik secara formal ataupun secara non formal sehingga peneliti mengambil topik tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pendidikan Seksual di SMA Negeri 1 ”.

Pembatasan dan Rumusan Masalah
Batasan peneliti dalam penelitian pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMA Negeri 1 yaitu mengenai pengetahuan remaja putri tentang pemahaman pendidikan seksual dan hasilnya banyak yang belum memahami masalah pendidikan seksual.
Berdasarkan batasan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya remaja putri belajar tentang pendidikan seksual dari ibunya, tetapi tidak semua ibu memberikan informasi yang jelas tentang pendidikan seksual, sehingga remaja putri dapat mengembangkan sikap negatif tentang pendidikan seksual.
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMA Negeri 1 Kabupaten ?”.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual di SMA Negeri 1

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
Bagi tempat penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seksual.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswi jurusan kebidanan.
3. Bagi Peneliti, praktis dan teoritis.
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
Bagi Responden
Agar remaja putri di SMA Negeri 1 mendapat tambahan pengetahuan tentang pendidikan seksual .


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.219

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Dalam Menggunakan Cairan Pembersih Genetalia

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Banyak kaum hawa yang tidak percaya diri dengan area pribadi mereka. Karena itu mereka berlomba-lomba menggunakan sabun pembersih khusus untuk area pribadi. (sehingga mereka mudah tergoda dengan beragam produk yang ditawarkan di iklan (Junita, 2009).
Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang mengganggu. Seperti bau yang tidak sedap, menyengat, dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi yang terjadi divagina dibiarkan bisa masuk sampai kerahim (Junita, 2009).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Amerika mengungkapkan lebih dari 20 juta perempuan Amerika menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara rutin. Sekitar 37% perempuan Amerika yang berusia 15-44 tahun menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara teratur separoh dari perempuan yang menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara teratur seminggu sekali. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di Indonesia pernah menggunakan cairan pembersih dalam vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang biasa digunakan adalah (51%) sabun (18%) pembersih cair dengan berbagai merek (Septian, 2009).
Diketahui bahwa perempuan yang secara rutin menggunakan cairan pembersih kedalam vagina cenderung mempunyai lebih banyak masalah yang berhubungan dengan kesehatan vaginanya. Masalah – masalah yang dapat ditimbulkan karena menggunakan cairan pembersih kedalam vagina adalah iritasi vagina, infeksi vagina serta dapat mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya.
Untuk menjaga organ intim wanita agar selalu sehat dan juga terhindar dari berbagai macam penyakit kelamin maka hindarilah penggunaan sabun apapun diwilayah vagina dan hindari penggunaan cairan kimia pewangi (cairan yang khusus untuk membersihkan vagina). Karena hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Jika terlalu sering menggunakannya, malah bisa membunuh bakteri baik yang terdapat di vagina. Efeknya justru akan menimbulkan tumbuhnya jamur, sehingga akan timbul gatal-gatal di daerah organ intim. Dan jangan pernah menyemprotkan minyak wangi ke dalam vagina (Septian, 2009).
Berdasarkan surve awal jumlah penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Kabupaten . Jumlah remaja putri kelas 2 dan 3 banyak 204 orang. Jumlah remaja putra 186 orang. Jadi jumlah remaja total 390 orang. Dalam penelitian ini yang diambil adalah remaja putri yang menggunakan cairan pembersih genetalia sebanyak 51 responden.
Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan bagaimana cara merawat organ kewanitaan secara baik dan benar. Dengan adanya masalah tersebut peneliti ingin meneliti tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu : Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Kecamatan Kabupaten ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Kecamatan Kabupaten .

D. Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Diharapkan dalam melaksanakan penelitian memiliki tingkat pengetahuan dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
2. Secara Praktis
Meningkatan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
3. Secara Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.218

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi yang semakin maju diharapkan bangsa indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dalam bidang kesehatan bayi dan anak. Pemberian asuhan bayi dan anak yang tidak terpecahkan dari keluarga dan masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah peranan ayah, ibu dan anak, dimana fungsi pokok keluarga adalah terhadap anggota keluarganya adalah asah, asih, & asuh. Sehingga dibutuhkan peranan ibu dalam pengasuhan dan perawatan yang baik untuk bayinya. Kebanyakan perawatan bayi baru lahir yang dialami masyarakat adalah kurangnya pengetahuan dalam perawatan bayi baru lahir terutama tali pusatnya. Terutama didaerah pelosok yang merawat bayinya dengan menggunakan cara tradisional serta pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Selain itu juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pelayanan neonatal atau bayi baru lahir (DepKes RI, 2009)
Menurut The World Health Report 2008, AKB di Indonesia mencapai 20/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007/2008). Berarti setiap jam terdapat 10 bayi baru lahir meninggal, setiap hari ada 246 bayi meninggal dan setiap tahun ada 89.770 bayi baru lahir yang meninggal. Kematian bayi lahir sebesar 79% terjadi setiap minggu pertama kelahiran terutama pada saat persalinan. Sebanyak 54% terjadi pada tingkatan keluarga yang sebagian besar disebabkan tidak memperoleh layanan rujukan dan kurangnya pengetahuan keluarga akan kegawatdaruratan pada bayi . Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas dan BBLR (29%), asfiksia (gangguan pernapasan) bayi baru lahir (27%), tetanus neonatorum (10%) dan masalah pemberian ASI (10%) . (Sinar Harapan, ). Sedangkan jumlah angka kematian bayi di Provinsi JawaTimur pada Tahun 2005-2008 adalah 1.162 (18,5%) bayi. Dan untuk Kabupaten pada tahun 2006-2008 teradapat 187 bayi meninggal atau 9/1000 kelahiran hidup. (DinKes. Kab. )
Masalah yang ada di tempat penelitian yaitu di desa kecamatan ini adalah masih terdapat ibu yang menggunakan daun sirih untuk membungkus tali pusat, adapula yang menggunakan remasan daun sirih dengan garam, sehingga hal ini dapat menyebabkan infeksi. Terbukti pada tahun 2007 terjadi kematian seorang bayi akibat tetanus neonatorum.
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 30 juni di BPS seorang bidan yang ada di wilayah Desa (BPS Dina Oktarini,Amd.Keb.). Terdapat 10 orang ibu yang melahirkan dan 4 orang (4%) mengatakan merawat tali pusatnya dengan remasan daun sirih dan garam karena dianggap tidak menimbulkan bau yang kurang sedap juga tali pusat pada bayi cepat puput. Namun ada juga 4 ibu (4%) yang merawat tali pusat anaknya menggunakan kassa yang direndam alkohol, dengan alasan yang sama. Sedangkan hanya 2 orang (2%) yang merawat tali pusat bayinya menggunakan kassa steril yang dianjurkan bidan.
Salah satu upaya atau cara untuk mengatasi masalah dan mengurangi angka kematian bayi karena infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum) seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan RI pemerintah menggunakan strategi yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan maternal dan neonatal berkualitas yang Cost – Efective yang tertuang dalam tiga pesan kunci, yaitu :
1. Setiap kehamilan diberikan Toksoid Tetanus yang sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.
2. Hendaknya sterilitas harus diperhatikan benar pada waktu pemotongan tali pusat demikian pula perawatan tali pusat selanjutnya.
3. Penyuluhan mengenai perawatan tali pusat yang benar pada masyarakat.
Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan ketiga pesan kunci tersebut dan pencapaiannya, target yang telah ditetapkan untuk Angka Kematian Bayi pada tahun 2010 adalah 16/1000 kelahiran hidup (DepKes RI,2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini diberi judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten ”

B. BATASAN MASALAH & RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah : Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten sebatas “tahu”
Dan rumusan masalah dari penelitian ini adalah :“ Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten ?”

C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten .
2. Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Cara Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten .
Untuk mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten .
Untuk mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten .
Untuk mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Cara Penanggulangan atau Pencegahan Infeksi Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Desa Kecamatan Kabupaten .



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.217

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Efek Samping Imunisasi DPT I

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia sehat 2010 adalah visi pembangunan kesehatan nasional yang menggambarkan masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan sehat. Dengan mengemban visi ini, maka masyarakat diharapkan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perilaku sehat untuk memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan. Mencegah terjadinya penyakit, melindungi dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyakrakat. Sehat 2010 adalah perilaku mencegah dan menanggulangi penyakit dengan kegiatan indonesia imunisasi (Depkes., 2006)
Semua orang tua, tentu berkeinginan supaya anak-anaknya tetap sehat jagankan sakit berat, sakit ringanpun kalau mungkin jangan sampai diderita oleh anaknya. Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyait adalah dengan jalan memberkan imunisasi, serangkaian imunisasi yang terus di ingatkan hingga saat ini oleh pihak-pihak terkait yang demi menjaga kesehatan anaknya, baik dari segi kesehatan maupun syari’at.
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi, angka kesakitan bayi menurun 15% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 10% dari angka sebelumnya (Ina Hernawati, 2009)
Di Inonesia penyebab utama kematian bayi adalah tetanus (9,8%) bersama dengan penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi lainnya seperti difreti, batuk rejan dan campak, angka ini menjadi 13% atau sekitar 34.690 bayi setiap tahunnya. (Depkes RI, 2008), untuk Kabupaten sendiri pada tahun 2002 kasus yang disebabkan oleh penyakit difetri, pertusis dan tetanus adalah 0% dari jumlah cakupan DPT I dan DPT II adalah 90%, sedangkan untuk DPT II ialah 80%, keberhasilan imunisasi ini di karenakan sudah tersebarnya Posyandu dan tenaga kesehatan selain itu peran dari orang tua khususnya ibu-ibu sangat mendukung pelaksanaan imunisasi termasuk didalmnya imunisasi DPT (Survey Demografi, 2009)
Berdasarkan dari data Puskesmas , balita yang mendapatkan imunisasi DPT I sesuai dengan status Universal Child Imunitation (UCI) yaitu sesuai dengan cakupan DPT I minimal 90% dan untuk DPT III minimal 80%. Padahal umumnya sebagiabn besar ibu-ibu masih merasa takut dan enggan membawa anaknya untuk imunisasi ke Posyandu karena alasan bayinya menjadi sakit setelah pemberian imunisasi.
Maka berdasarkan hal di atas maka sangat menarik untuk lebih lanjut sejauh mana tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi DPT I. Dari penelian ini peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi DPT I di Puskesmas Kecamatan Kabupaten .

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan permasalahan penelitian yaitu Seberapa besarkah tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi DPT I di Puskesmas Kecamatan Kabupaten ?

Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi DPT I di Puskesmas Kecamatan Kabupaten .

Manfaat Penelitian
Manfaat Diri Sendiri Atau Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan baru tentang metode penelitian serta mampu mengaplikasikan dalam praktek dan sehingga data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan efek samping imunisasi DPT I.
Manfaat Praktis
Sebagai temuan untuk dapat memberikan gambaran atau informasi sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan mengenai efek samping imunisasi DPT I
Manfaat Teoritis
Menerapkan ilmu yang didapatkan dalam meningkatkan perkembangan ilmu kesehatan secara nyata khususnya mengenai efek samping imunisasi DPT dan bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan referensi dalam penelitian selanjutnya.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.216

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Tepat

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Metode kontrasepsi sempurna belum dapat diciptakan oleh manusia. Setiap metode kontrasepsi mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing.terkadang seorang wanita mencoba berbagai macam alat kontrasepsi sebelum menemukan metode kontrasepsi yang cocok dan memuaskan.(Jawapost,2009)
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan pilihannya.(Biran affandi, 2006)
Klien yang mendapat konseling dengan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi dengan benar dan tepat, pada akhirnya hal itu juga akan menurunkan tingkat kegagalan KB dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak di inginkan.( Jawapost,2009)
Interaksi atau konseling yang berkualitas antara klien dan provider (Tenaga Medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi keberhasilan program keluarga berencana (KB). Sangat mudah di mengerti jika hal itu membuat tingkat keberhasilan KB di Indonesia menurun. (Jawapost,2009)
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),Pada tahun 2008 sampai saat ini dari 200 juta kehamilan per tahun 58 persennya (75 juta) adalah KTD, karna kegagalan pemakaian KB, Dua pertiga dari 75 juta kehamilan itu berakhir dengan aborsi disengaja, 20 juta di antaranya dilakukan secara tidak aman. Aborsi tidak aman tersebut 95 persen terjadi di negara berkembang .(Kompas,2009)
Menurut hasil survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2007-2008 jumlah besar sembilan persen dari jumlah total pasangan usia subur. Kelompok pertama ini meliputi ibu yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Hasil SDKI 2007-2008 15,6% istri pengguna kontrasepsi pil yang tetap hamil, sedangkan pengguna IUD 8,4% dan untuk pengguna suntik 5,9%.seharusnya petugas kesehatan/bidan lebih banyak memberikan konseling/penyluhan sebelum pasien memilih alat kontrasepsi yang akan dipakai. ( Sinarharapan,2009).
Hasil studi pendahuluan di puskesmas pada bulan juni Memilih atau menentukan alat kontrasepsi yang tepat merupakan masalah tersendiri bagi ibu yang ingin KB.seperti yang terdapat pada data akseptor KB baru di puskesmas ,di mana 80% peserta akseptor baru memakai metode Suntik. data tersebut menunjukan kurangnya pengetahuan ibu dalam Menentukan kapan, berapa jarak (Interval) untuk mempunyai anak. Merundingkan dengan suami adalah salah satu langkah yang tepat dalam menetapkan metode kontrasepsi apa akan yang digunakan. Oleh karena itu keputusan untuk memilih kontrasepsi ada pada keputusan bersama.(data puskesmas ,).
Dengan demikian keputusan klien berada diluar kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan,oleh karena sebab ketidaktahuan klien tentang informasi kontrasepsi yang tepat digunakan oleh klien, dengan menggunakan beberapa alternatif sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki. (IBI, 2006).

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini di batasi hanya sebatas tahu tentang pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang tepat di puskesmas Kecamatan Kabupaten ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas Kecamatan Kabupaten .

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
Bagi Peneliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang Asuhan kebidanan nifas khususnya pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.215

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Senam Pasca Persalinan

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita.involusi ini sangat jelas terlihat pada alat – alat kandungan. sebagai akibat dari kehamilan, dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya garis – garis putih dan hitam ( striae gravidarum ) yang dari sudut keindahan tubuh akan terasa sangat mengganggu.
Umumnya , para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. sang ibu biasanya khawatir gerakan – gerakan yang dilakukan akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN, sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI 2002 2003): artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan nifas. (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004).
Angka kematia ibu (AKI) sebaga Latar belakang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Dewasa ini derajat kesehatan ibu di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini antara lain ditandai oleh tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun. 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama post partum. sementara itu target yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2001).
Telah terjadi kebiasaan wanita indonesia memakai gurita dan korset yang ketat segera setelah persalinan sebagai perawatan dini dinding perut.disamping itu menghilangkan garis – garis pada perut dipakai ramuan – ramuan tradisional berupa bedak cair yang dioleskan pada dinding perut, muka dan badan.
Tindakan tirah baring dan senam pasca persalinaan membantu proses fisiologi ini secara perlahan. senam pasca persalinan adalah senam yang dilakukan ibu – ibu setelah melahirkan untuk memulihkan, merawat dan mengembalikan keindahan tubuh setelah melahirkan.
Sekarang telah dipasarkan sejenis krim (diadal post natal cream) Yang dioleskan pada tempat – tempat yang dimana dijumpai stiae: dinding perut, paha, payudara, dan lain – lain. krim ini dapat meningkatkan metabolisme, tonus dan elastisitas dari kulit. ( sinopsis obstetri, 2001)

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan maka peneliti membatasi hanya pada tingkat tahu, memahami, dan aplikasi tentang senam pasca persalinan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut Seberapa besarkah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca persalinan di BPS  Desa Kecamatan Glagah Kabupaten

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca persalinan di BPS desa Kecamatan Glagah Kabupaten

D.MANFAAT PENELITIAN
Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca persalinan.
Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya senam nifas.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya fikir dalam menganalisa suatu masalah.
4. Bagi Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan tentang pentingnya senam pasca persalinan
5. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan kepustakaan dan penelitian lebih lanjut.



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.214

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Menarche di SLTPN

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam perjalanan hidup, normalnya wanita mengalami periode menstruasi atau haid mulai dari usia remaja hingga menopause Dra. Dini Kasdu, M. Kes, (2005 : 9) Haid atau menstruasi adalah proses keluarnya darah yang terjadi secara periodik atau siklik emdomestrium. Keluarnya darah dari vagina disebabkan luruhnya lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur yang tidak dibuahi.
Siklus menstruasi terdiri atas perubahan-perubahan di dalam ovarium dan uterus. Menstruasi berlangsung kira-kira lima hari, selama masa ini epithelium permukaan lepas dari dinding uterus dan perdarahan pun terjadi pada usia remaja haid pertama kira-kira usia 12 hingga 16 tahun. Panjang masa siklus menstruasi rata-rata 28 hari 14 hari persiapan untuk ovulasi dan 14 hari selanjutnya. Pendapat Sriyono, (2008 : 57).
Memasuki masa puber, pada perempuan diawali dengan terjadinya menstruasi. Hal ini menandai bahwa organ reproduksi telah aktif, yaitu dengan telah diproduksinya sel telur (ovum). Seseorang terjadi sejak awal menstruasi pada masa remaja sampai umur 40 atau 50 tahun.
Menarche adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi ) endometrium. Sarwono, (2005 : 103).
Selanjutnya dijelaskan menarche ialah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Erna, F. P, (2005 : 69). Proses menarche pada seorang wanita dimulai pada usia 10 – 14 tahun. Saat itu kelenjar hipofisis mulai berpengaruh, kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah kanan dan terjadilah proses menstruasi. Maulana, (2009 : 15).
Premenarche adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul pada pertengahan siklus menarche, dan disusul dengan periode tanpa gejala. Riset melaporkan Taylor, (1994) bahwa sekitar 10-30 % wanita produktif mengalami sindrom premenarche. Etiologi dan Perubahan sikap premenarche belum diketahui. Para peneliti beranggapan bahwa perubahan sikap premenarche adalah akibat dari faktor hormonal, psikologis, dan nutrisi.
Perubahan sikap premenarche yang terjadi sebelum berlangsungnya masa menarche diantaranya cemas, ketegangan dan kegugupan, cepat marah, berat badan bertambah, edema pada ekstrimitas, payudara sakit, abdomen terasa penuh, nafsu makan, ingin makan yang manis, depresi, cepat lupa cepat menangis dan bingung. Baradero, (2007 : 10).
Penanganan yang efektif dalam mengatasi kecemasan pada siswa akan mempengaruhi prognosis. Oleh karena itu bidan atau paramedis perlu memberikan konseling pada remaja tentang cara-cara mengatasi kecemasan saat menarche sehingga dapat mengurangi kecemasan pada remaja saat menarche selain itu untuk mengurangi kecemasan perlu mengatur pola yang memenuhi gizi seimbang dan olahraga.
Penelitian ini kecemasan dari siswa yang menghadapi menarche (premenarche) inilah yang perlu mendapatkan perhatian dari orang tua, oleh karena itu siswa premenarche diharapkan bersikap positif dalam menghadapi menarche agar tidak timbul masalah selama menarche. Oleh sebab itu penelitian ini ingin mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Kecamatan Kabupaten yang rata-rata siswa tersebut sudah mengalami menarche.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena - fenomena yang terdapat pada asumsi - asumsi diatas peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 , banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada awal mengalami haid, maka peneliti merumuskan masalah dengan membatasi pada tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche seperti: “Bagaimana tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche ?”

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Kabupaten .

Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman nyata dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah sebagai penerapan dari mata kuliah.
Bagi Institusi
Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan hasilnya nanti diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan guna meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya.
Bagi Responden
Untuk menembah pengalaman tentang menarche dan menangani keluhan - keluhan yang dirasakan.
Bagi Profesi
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.213

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Inpartu Dalam Menghadapi Proses Persalinan


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan.
Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passenger, psikis, penolong.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Arif Mansjoer, 2000 : 294).
Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat (Kartini Kartono) yang menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartini Kartono, 2000).
Sejalan dengan hal tersebut, di masyarakat paradigma persalinan masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini Kartono, 2000).
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya pengetahun, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Inpartu Dalam Menghadapi Proses Persalinan di BPS Kecamatan Kabupaten ”.

B. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Inpartu Dalam Menghadapi Proses Persalinan di BPS Kecamatan Kabupaten .

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Inpartu Dalam Menghadapi Proses Persalinan di BPS Kecamatan Kabupaten .

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan gambaran tingkat kecemasan ibu inpartu dalam menghadapi persalinan.
2. Manfaat Praktisi
Dapat memberikan masukan yang berarti bagi ibu dalam meningkatkan pengetahuan tentang tingkat kecemasan ibu inpartu dalam menghadapi persalinan.
3. Manfaat bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya tulis ilmiah (KTI).


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.212

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan.
Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passenger, psikis, penolong.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini Kartono, 1986 : 192).
Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat (Kartini Kartono) yang menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartini Kartono, 1986).
Sejalan dengan hal tersebut, di masyarakat paradigma persalinan masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini Kartono, 1986:190).
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
Berdasarkan pre survey bulan Januari – Februari 2006 di BPS terdapat 30 ibu hamil dalam trisemester III yang akan bersalin, 20 diantaranya ibu primigravida dan multigravida menyatakan cemas dalam menghadapi proses persalinan. Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya pengetahun, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas data-data yang ada dilatarbelakangi masalah dapat diidentifikasikan masalah yang ada. Dari 30 orang Ibu yang akan melahirkan di BPS terdapat 20 orang Ibu dalam menghadapi persalinannya terlihat cemas.

1.3. Rumusan Masalah

1.3.1. Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : Masih ditemukan kecemasan pada Ibu yang akan bersalin dan belum diketahuinya tentang tingkat kecemasan Ibu yang akan bersalin.

1.3.2. Permasalahan
Dari rumusan masalah di atas maka penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di BPS .
b. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan di BPS .

1.4. Pertanyaan Penelitian

1.4.1. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
1.4.2. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan.

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kecemasan Ibu bersalin di BPS .
1.5.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan Ibu bersalin primigravida di BPS .
b. Untuk mengidentifikasikan tingkat kecemasan Ibu bersalin multigravida di BPS .

1.6. Manfaat

1.6.1. Bagi peneliti
Untuk mengetahui dengan jelas tingkat kecemasan Ibu dan suami dalam menghadapi persalinan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat selama studi.
1.6.2. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.6.3. Sebagai masukan atau bahan bagi ibu-ibu di BPS guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan.
1.6.4. Menjadi bahan atau dasar bagi peneliti lebih lanjut.

1.7. Ruang Lingkup

1.7.1. Jenis Penelitian : deskriptif
1.7.2. Subyek Penelitian
Ibu yang datang ke BPS dengan umur kehamilan 8-9 bulan.
1.7.3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah tingkat kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.7.4. Tempat Penelitian : di BPS .
1.7.5. Waktu Penelitian : Bulan Mei


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.211

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Sikap Wanita Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Premenaopause

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Premenopause menjadi hal yang ditakutkan oleh wanita, karena banyak rumor yang mengatakan bahwa menuju kemasa ini wanita akan mengalami berbagai macam gejala yang tidak menyenangkan. Secara medis istilah premenopause adalah suatu kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki masa penuaan yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal reproduksi dan seksualitas. (Siswono, 2008)
Perubahan premenopause yang terjadi sebelum berlangsungnya masa menopause yaitu sejak fungsi reproduksinya mulai menurun sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Pada masa premenopause hormon progesteron dan estrogen masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki masa premenopause dan post menopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi indung telur yang terus menurun. Penurunan kadar estrogen tersebut sering menimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktifitas kehidupan para wanita bahkan mengancam kebahagiaan rumah tangga. (Siswono, 2008)
Purwatyastuti (2008) mengemukakan bahwa sindroma premenopause dan menopause dialami oleh banyak perempuan hampir di seluruh dunia, sekitar70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Menurut data salah satu peneliti gejala yang paling banyak dilaporkan adalah 40% merasakan hot flashes, 38% mengalami
sulit tidur, 37% merasa cepat lelah dalam bekerja, 35% sering lupa, 33% mudah tersinggung, 26% mengalami nyeri pada sendi dan merasa sakit kepala yang berlebihan 21% dari seluruh jumlah wanita premenopause.
Perubahan yang dialami seorang wanita menjelang premenopause adalah perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi meliputi vasomotor hot flashes, perubahan pada kulit, kekeringan vagina berkeringat dimalam hari, sulit tidur, perubahan pada mulut, kerapuhan tulang, badan menjadi gemuk dan perubahan psikologis pada masa premenopause meliputi mudah tersinggung, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, lemas dan depresi, ada juga wanita yang merasa kehilangan harga dirinya karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka juga merasa tidak dibutuhkan lagi oleh suami dan anak-anak mereka serta merasa kehilangan feminitas karena fungsi reproduksi yang hilang. (Hurlock, 2008)
Untuk mengatasi gejala-gejala premenopause dan menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran pada saat memasuki masa premenopause dan menopause adalah dengan kenali gejala-gejalanya dan atasi dengan bijak serta penting bagi wanita untuk sering berfikir positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang sifatnya alami. Tentunya sikap positif ini bisa muncul jika diimbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup serta kesiapan fisik, mental dan spiritual yang dilakukan pada masa sebelumnya, “Masa lalu adalah masa kini dan masa yang akan datang” ketika masa ini datang keluhan-keluhan ketidaknyamanan maupun yang menyakitkan dapat dikurangi bahkan ditiadakan. (Purwatyastuti, 2008)
Oleh karena itu berdasarka pada masalah diatas maka peneliti terdorong untuk mengetahui bagaimana sikap wanita dalam menghadapi perubahan fisik pada masa premenaopause di Desa Kecamatan  Kabupaten

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap wanita dalam menghadapi perubahan fisik pada masa premenopause di Desa Kecamatan Kabupaten

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui atau mengidentifikasi sikap wanita dalam menghadapi perubahan fisik pada masa premenopause di Desa Kecamatan Kabupaten

Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemehaman dan pengetahuan tentang sikap wanita dalam menghadapi perubahan fisik pada masa premenopause.
2. Manfaat secara praktis
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya wanita premenopause.
3. Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai wanita premenopause.



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.210

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Reproduksi Sehat Tentang Kontrasepsi Hormonal

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Program nasional dalam bidang kependudukan dewasa ini dilaksanakan dalam rangka kebijaksanaan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu program nasional bidang kependudukan diarahkan pada bidang-bidang seperti : transmigrasi, peningkatan produksi pertanian, pembangunan industri dan keluarga berencana.
Keluarga berencana sebagai salah satu kebijaksanaan nasional bidang kependudukan dikoordinasikan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sejak dicanangkan tahun 1970 Gerakan Keluarga Berencana dimaksudkan untuk mewujudkan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Sejalan dengan arah tersebut, maka sasaran pembangunan keluarga berencana sekaligus mencakup pembangunan dan pengembangan institusi masyarakat dan keluarga demi tercapainya peningkatan kualitas hidup penduduk Indonesia berbasis kesejahteraan dan kemakmuran serta peningkatan kemampuan dalam bidang pendidikan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Kartoyo, 1999; 161)
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan dan Pembangunan Sejahtera serta ditingkatkannya ruang lingkup gerakan keluarga berencana sebagai sektor tersendiri, yaitu sektor keluarga sejahtera, maka misi keluarga berencana menjadi semakin luas. Pengertian keluarga berencana menjadi suatu upaya peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sebagai konsekuensi dan perluasan misi keluarga berencana tersebut, maka semua komponen dan perangkat yang terkandung didalam Gerakan Keluarga Berencana Nasional disesuaikan dengan memperluas ruang lingkup bidang garapan, salah satu diantaranya adalah dengan perluasan ruang lingkup materi yang mencakup ke dalam sub sistem pendataan Pasangan Usia Subur dan Peserta KB yang menjadi bagian terpenting dari Sistem Informasi Manajemen Berencana Nasional.(BKKBN, 2001 ; 1).
Paradigma terhadap Pasangan Usia Subur dan Peserta KB sebagai sub system Pendataan Pasangan Usia Subur dan Peserta KB dalam Gerakan Nasional Keluarga Berencana dikaitkan dengan bidang keluarga sejahtera yang cakupannya meliputi variabel-variabel seperti : pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dalam lingkungan, transportasi, tabungan, informasi, dan peranan dalam masyarakat. (BBKBN, 2001 ; 4).
Berdasarkan pada uraian di atas, maka kajian karya tulis ilmiah ini diarahkan pada variabel pendidikan yang di dalamnya meliputi pengetahuan usia wanita reproduksi sehat terhadap kontrasepsi hormonal, hal tersebut dianggap penting mengingat pengetahuan usia wanita reproduksi sehat terhadap kontrasepsi hormonal secara benar menentukan pencapaian target pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Berdasarkan latar belakang di depan dapat dimaklumi bahwa kontrasepsi hormonal mampu berfungsi optimal sebagai alat kontrasepsi apabila akseptor memahami terhadap cara memilih kontrasepsi hormonal yang tepat, keuntungan dan kerugian kontrasepsi hormonal, dan efek samping kontrasepsi hormonal. Oleh karena itu, pengetahuan wanita usia reproduksi sehat tentang kontrasepsi hormonal menjadi tolak ukur keberhasilan akseptor dalam hal pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sehubungan dengan hal di atas, maka kajian karya tulis ilmiah ini di arahkan pada gambaran pengetahuan wanita usia reproduksi sehat tentang kontrasepsi hormonal di Desa Kecamatan Kabupaten .

Perumusan Masalah
Dengan petunjuk tersebut karya tulis ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan ”Bagaimana gambaran pengetahuan wanita usia reproduksi sehat tentang kontrasepsi hormonal di Desa Kecamatan Kabupaten ?”

Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia reproduksi sehat tentang kontrasepsi hormonal di Desa Kecamatan Kabupaten .

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan :
Manfaat Peneliti atau Mahasiswa
Meningkatkan keilmuan di bidang kesehatan dalam rangka memenuhi tuntutan IPTEK.
Manfaat Praktisi
Dapat memberikan masukan yang berarti bagi wanita usia reproduksi sehat dalam meningkatkan pengetahuan tentang Kontrasepsi Hormonal khususnya melalui perseptif motivasi.
Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya konsep teori yang menyongsong perkembangan ilmu pengetahuan kebidanan khususnya yang terkenal dengan pengetahuan wanita usia reproduksi sehat Kontrasepsi Hormonal.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.209

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Pengetahuan Wanita Usia 35 – 55 Tahun Tentang Kanker Serviks

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tingginya resiko kematian pada wanita umur 35 – 55 tahun yang menderita kanker serviks merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kematian maternal di negara – negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO tahun 2005 di beberapa negara ASEAN menyebutkan bahwa secara nasional angka kematian wanita yang berusia 35 – 55 tahun adalah 215 per 100.000 jiwa, ini berarti setiap 1 jam ada wanita yang meninggal karena kanker serviks.( www.dkk bontang.com/diakses tanggal 26 juni)
Menurut kapita selekta kedokteran jilid 1 penyebab langsung karsinoma uterus belum diketahui. Faktor ekstrimik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri adalah smeqma, inveksi Virus Human Papilioma Virus (HPV) dan spermatozoa. ( Kapita Selekta Kedokteran : 2001 )
Saat wanita di diagnosa kanker serviks jalan terbaik untuk menanggulangi kanker agar tidak menyebar keseluruh tubuh adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan. Di pada tahun 2004 ada 112 wanita yang mengidap kanker serviks. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari beberapa tahun yang lalu ( www.dinkes com/diakses tanggal 25 juni )
Diagnosa dini kanker serviks yang merupakan tingkat pendahuluan kanker serviks serta penanganannya perlu dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian wanita. Mencegah terjadinya kanker serviks dengan cara melakukan tes pap smear secara rutin dan teratur.
Di Puskesmas Kecamatan jumlah wanita yang terkena kanker serviks pada tahun 2008 sebanyak 28 wanita.

Pembatasan dan Rumusan Masalah.
Pembatasan adalah berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka pembatasan dan rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut :
Seberapa besar pengetahuan wanita usia 35 – 55 tahun tentang kanker serviks di Desa  Kecamatan Kabupaten ? “

Tujuan Penelitian.
Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia 35 – 55 tahun tentang kanker serviks.

Manfaat Penelitian.
Bagi Profesi.
Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan mutu pelayanan pada seluruh wanita usia 35 – 55 tahun, terutama kejadian kanker serviks yang berkaitan dengan pendidikan.
Bagi Masyarakat.
Untuk menambah pengetahuan atau pemahaman masyarakat tentang kanker serviks (motivasi, edukasi).
Bagi Ilmu Pengetahuan.
Bagi ilmu pengetahuan, hasil dari penelititan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan, pertimbangan dan perbandingan bagi peneliti berikutnya dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Kebidanan dan Kandungan untuk menurunkan angka kematian wanita.
Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang berkaitan dengan pengetahuan wanita usia 35 – 55 tahun terhadap kejadian kanker serviks.
Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat kelulusan semester akhir akademi kebidanan dan merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran, sehingga menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.208

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dari hasil sensus penduduk tahun 2009 dikemukakan bahwa penduduk Indonesia mencapai 231 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pertahun sebesar 1,29%. Berdasarkan penilaian United Nations Development Program (UNDP) pada tahun 2005, kualitas sumber daya manusia yang diukur melaui indeks pembangunan. Manusia telah menempatkan Indonesia pada urutan peringkat 110 dari 177 negara. Kondisi ini akan semakin terpuruk jika program pembangunan yang disiapkan pemerintah tak mampu menyentuh seluruh masyarakat. Itu sebabnya pemerintah pusat perlu terus memberikan perhatian terhadap program KB. Tujuannya adalah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar program pembangunan bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. (Humaniraya, 2009).
Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan UNFPA (2005) dan pelaksanaan program KB masih mengalami beberapa hambatan. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, masih sekitar 40% Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum menjadi akseptor KB (Saroha, 2009).
Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 2007 pengguna kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat, dari sejumlah 746.702 peserta KB dan yang menggunakan IUD sebanyak (2,74%) (BKKBN, 2007).
Berdasarkan hasil survey Demografi dan Kesehatan di indonesia tahun 1994, pemakai IUD yang tertinggi adalah Bali (41,1 %) disusul Yogyakarta dan Sulawesi Utara. Secara nasional program KB menargetkan pencapaian akseptor pada tahun 1985 sebesar 60 %. Bali sebagai bagian wilayah Indonesia juga melaksanakan program KB secara resmi sejak tahun 1970. Pada tahun 2002 telah tercapai 75 % melebihi target nasional yakni 60% (Stratfield, 2002).
Dari rekapitulasi laporan pengendalian program KB nasional tingkat Provinsi Sumatera Utara pada bulan januari tahun 2009 diketahui bahwa dari 2.041.398 Pasangan Usia Subur, terdiri dari peserta KB aktif sebanyak 1.309.498 Pasangan Usia Subur (64,14%), dan Pasangan Usia Subur yang bukan merupakan peserta KB sebanyak 731.900 Pasangan Usia Subur (35,85%), yang menggunakan kontrasepsi IUD sebanyak 137.321 Pasangan Usia Subur (10,48%) (BKKBN, 2009).
Di kota Medan bulan Oktober tahun 2009 diketahui bahwa dari 50.361 Pasangan Usia Subur, terdiri dari peserta KB aktif sebanyak 38.222 Pasangan Usia Subur (75,89%), dan Pasangan Usia Subur yang bukan merupakan peserta KB sebanyak 12.139 Pasangan Usia Subur (24,10%), yang menggunakan kontrasepsi IUD sebanyak 1.524 Pasangan Usia Subur (3,98%). (Moehqadri, 2009).
Angka kesuburan total atau TFR di Indonesia turun dari 5,6% menjadi 2,6%. Tahun 2002 sampai 2003 menurut BPS (Biro Pusat Statistik), DepKes, 2003. Sebagai aspek kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan banyak yang belum terpenuhi karena ketidak tersediaan konseling dan pelayanan KB yang merupakan hal terpenting dalam menurunkan resiko. Pada tahun 2003 yaitu 2/3 atau (66,67%) perempuan menikah di Indonesia menggunakan kontrasepsi modern atau IUD/AKDR 14,8%, (Departemen Kesehatan, 2009).
IUD atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), bentuknya bermacam-macam. IUD adalah alat kontrasepsi yang efektiftasnya sangat tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009).
Dari survey awal yang dilakukan peneliti di .... Desa Kecamatan Kabupaten pada bulan april tidak di dapati Pasangan Usia Subur yang menggunakan alat kontrasepsi IUD, kebanyakan Pasangan Usia Subur memakai alat kontrasepsi suntik sebanyak 55 orang (62,5%), yang menggunakan pil sebanyak 23 orang (26,13%), yang menggunakan alat kontrasepsi koitus interuptus sebanyak 2 orang (2,27%) dan yang menggunakan MOW/MOP sebanyak 8 orang (9,1%).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD” di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun .

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah “Bagaimana Gambaran Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di Desa .... Kecamatan Kabupaten Tahun .

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di Desa .... Kecamatan Kabupaten Tahun .
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi IUD berdasarkan Umur di Desa .... Kecamatan Kabupaten .
2. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi IUD berdasarkan Pendidikan di Desa .... Kecamatan Kabupaten .
3. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi IUD berdasarkan Paritas di Desa .... Kecamatan Kabupaten . .
4. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi IUD berdasarkan Sumber Informasi di Desa Kecamatan Kabupaten .

1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan dan informasi kepada perangkat Desa untuk lebih berperan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Desa Kecamatan Kabupaten tentang pemakaian
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Yaitu diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan tentang alat Kontrasepsi IUD.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Yaitu untuk bahan bacaan dan masukan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan tentang Alat Kontrasepsi IUD.

4. Bagi Peneliti
Yaitu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.207

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Pengetahuan Tentang Perawatan Payudara


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.(Sarwono, 2003)
Payudara adalah perlengkapan organ reproduksi wanita dan pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu (ASI) sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Pada masa hamil terjadi perubahan pada payudara di mana ukuran-ukuran payudara bertambah besar (Depkes RI. 2005).
Bagi seoarang wanita payudara adalah organ tubuh yang sangat penting bagi keberlangsungan perkembangan bayi yang baru di lahirkannya. Payudara memang secara natural akan mengeluarkan ASI begitu ibu melahirkan, tetapi bukan berarti seorang wanita atau ibu tidak patut merawat payudara. (Sariyono – Roscha dyah pramitasari, 2009)
Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah di hisap oleh bayi. Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusu, bisa jadi ini di sebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi yang salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga di pengaruhi oleh asupan nutrisi dan kondisi psikologis ibu. (Sariyono – Roscha dyah pramitasari, 2009)



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.206

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Pada Anak Retardasi Mental

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Retardasi mental bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu kondisi yang mempunyai penyebab berbeda-beda. Penyebab retardasi mental dapat dikatagorikan dalam 3 katagori, yaitu yang bersifat organobiologik, psikoedukatif dan sosio kultural. Penyebab organobiologik, misalnya : berat badan, usia kelahiran, posisi bayi dalam kandungan, penyakit campak waktu bayi, kekurangan fenilalanin, dan lain-lain. Penyebab psiko edukatif berkaitan dengan kurangnya stimulasi dini, lingkungan yang tidak memacu perkembangan otak, terutama pada tiga tahun pertama. Penyebab sosiobudaya berfokus pada perbedaan variabel sosioekonomibudaya; prevalensi penderita retardasi mental lebih besar pada keluarga dengan tingkat sosioekonomi rendah. (Siti Isfandari dan Ekowati Rahajeng, 2007).
Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial.
Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan.
Pada sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik. (Medicastore, 2008)

`Banyak anak-anak dengan retardasi mental lahir dengan abnormalitas fisik, seperti daya pendengaran yang lemah, atau masalah jantung. Mereka ini beresiko tiga sampai empat kali lebih tinggi untuk mengidap gangguan mental lainnya seperti ketidakmampuan belajar dan mengompol dari pada populasi umum. (Yulius dan Iva, 2008)
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. (Idmgarut, 2009)
Menurut data dari SLB PGRI Cluring sampai bulan Juni jumlah siswanya 52 anak, dan di dapat 96 % (50 anak) yang menderita retardasi mental.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat memepngaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan. (Idmgarut, 2009)
Wainer (1978) menggolongkan penyebab retardasi mental dalam 2 golongan, yaitu : familial retardation dan penyebab organobiologis. Dalam familial retardation tidak ditemukan ketidak normalan biologis, namun ada sejarah keluarga bahwa satu atau kedua orang tuanya mengalami retardasi mental. Belum diketahui apakah familial retardation disebabkan karena faktor genetik atau pengalaman diasuh orarg tua yang mengalami retardasi mental. Seperti yang telah dikatakan familial retardation tidak mempunyai sebab biologis yang jelas. IQ mereka berkisar antara 50 sampai 69 serta mempunyai sejarah keluarga yang mengalami retardasi mental, tapi penyebab khususnya tidak diketahui.
Berdasarkan pada data informasi diatas, maka bidan sebagai edukator perlu memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pemenuhan gizi pada anak retardasi mental. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Pada Anak Retardasi Mental di SLB PGRI Cluring”.

Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti membatasi hanya sebatas tahu tentang pemenuhan gizi pada anak retardasi mental.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi pada anak retardasi mental di SLB PGRI Cluring ?”

Tujuan Penelitian
Mengetahui pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi pada anak retardasi mental di SLB PGRI Cluring.

Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Penelitian ini dipakai sebagai dasar bagi penulis untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi pada anak retardasi mental.
Bagi Institusi Penelitian
Memberikan masukan institusi kesehatan tentang tingkat pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi pada anak retardasi mental.
Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dalam menyelesaikan masalah gizi yang ada saat ini, khususnya menambah pengetahuan ibu yang mempunyai anak retardasi mental di SLB PGRI Cluring.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.205

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-12 Bulan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap keluarga pasti menginginkan untuk mempunyai bayi yang sehat dan cerdas supaya di kemudian hari bayi tersebut tumbuh menjadi generasi penerus yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan makanan yang terbaik untuk bayi sejak dini (Tuti, 2000)
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi. Walaupun ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dengan bertambahnya umur, bayi yang sedang tumbuh memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah yang didapat dari ASI Pada umumnya setelah bayi berumur 4-6 bulan ASI sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, dengan demikian bayi memerlukan energi tambahan. (Paath, 2004:104).
Sejak tahun 2006, World Health Organitation (WHO) mencatat jumlah ibu yang memberi MP-ASI di bawah usia 2 bulan mencakup 64% total bayi yang ada, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-6 bulan. Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek diperoleh fakta bahwa yang memberikan MP-ASI pada bayi umur 4 bulan sekitar 55%. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9 % dari ibu-ibu tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang MP-ASI (Roesli, 2000:2).
Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan selama tahun 2007 dari total. 11,01 bayi yang diperiksa terdapat 10.071 bayi sudah diberi MP-ASI sebelum berusia 6 bulan (Anonim, 2007). Sedangkan data dinas kesehatan Banyuwangi bagian kesehatan keluarga didapatkan data cakupan pemberian MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan sebesar 61,93 %. Di desa wringinpitu yang merupakan wilayah puskesmas Tegaldlimo terdapat 55 bayi yang berumur 6-12 bulan. 72,7% (40 bayi) sudah diberi makanan tambahan sebelum berumur 6 bulan, sisanya 27,3 (15 bayi) di beri makanan tambahan setelah umur 6 bulan.
Makanan tambahan harus diberikan pada umur yang tepat sesuai kebutuhan dan daya cerna bayi. Adanya kebiasaan masyarakat untuk memberikan nasi, pisang pada umur beberapa hari ada bahayanya, karena saluran pencernaan pada bayi belum sempurna. Makanan tambahan sebaiknya diberikan pada umur 6 bulan karena sistem pencernaannya sudah relatif sempurna. (Soraya, 2005).
Oleh sebab itu maka bidan sebagai edukator perlu memberikan pendidikan atau penyuluhan tentang pemberian makanan tambahan yang benar sehingga bayi bisa tumbuh kembang secara normal.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-12 Bulan di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, peneliti membatasi pada Tingkat tahu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi umur 6-12 bulan.
Berdasarkan latar belakang diatas penelti merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-12 Bulan di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tahun

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi umur 6-12 bulan di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tahun

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan.
2. Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya pemberian makanan tambahan..
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata bagi peneliti dalam proses penelitian.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.204

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0-6 bulan


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan berguna bagi orang tua, bangsa dan negera. Salah satunya untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai umur 6 bulan (Dinkes, 2008). ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dan di produksi khusus oleh tubuh ibu untuk bayinya. Agar ASI cepat keluar maka dianjurkan bayi disusui dalam 30 menit pertama setelah dilahirkan. Komposisi ASI yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan mengandung Zat pelindung dengan kandungan terbanyak ada pada kolustrum. Kolustrum adalah ASI yang berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah bayi lahir.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi saluran pernafasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman, 2006: 48-51). Namun saat ini pemberian ASI eksklusif semakin menurun, penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, ekonomi. Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini (Agnes, 2007).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatana Indonesia (SDKI) tahun 2007-2008 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Prosentase ini menurun dengan jelas menjadi 45% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan. Hanya 40% bayi mendapatkan ASI dalam satu jam kelahiran sedangkan pemberian ASI eksklusif di kota Surabaya dari 15.983 bayi berusia 6 bulan, hanya 3.302 bayi diantaranya yang mendapat ASI. Baru sekitar 20,66% bayi mendapat ASI secara eksklusif (Ririn Nur Febriani, 2009).
Dari data Dinas Kesehatan Banyuwangi bagian Kesehatan Keluarga didapatkan data cakupan ASI eksklusif sebesar 61,93%, dan Puskesmas Grajagan terdapat 50 bayi yang berumur 0-6 bulan hingga saat ini ibu yang menerapkan ASI eksklusif hanya 40% dari target yang sudah ditentukan.
Pada dasarnya saat ini banyak ibu yang memberikan pengganti ASI sebelum bayi berumur 6 bulan. Seharusnya pemberian ASI paling baik diberikan sampai umur 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun. Jika dipaksa untuk mengonsumsi selain ASI tidak menutup kemungkinan bayi bisa sakit. Hal ini dikarenakan dapat mengakibatkan kekebalan bayi menurun. Padahal pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama terbukti menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) yang merupakan indikator kesehatan (Kompas, 2007).
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah membuat program-program yang dapat mendukung penggunaan ASI eksklusif antara lain melalui pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada masyarakat. Penelitian-penelitian yang dapat menunjang program pemberian ASI eksklusif seperti tentang komposisi ASI juga terus dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi”.

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas banyak sekali faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu, maka dari itu peneliti membatasi pada tingkat tahu.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian
Dari uraian pembatasan dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Secara Praktis
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang pemberian ASI eksklusif.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam menganalisa suatu masalah.



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.203

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI

Gambaran pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Bayi 0-1 tahun


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai. Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI/2005).
Kulit bayi memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada timbulnya biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentanya timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal pada kulit dan tentunya dalam memilih bedak bayi ada beberapa point yang harus anda perhatikan Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan

mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < style="">(aging process).
Selain itu, keadaan kulit juga merupakan 'cermin' kesehatan tubuh seseorang. Para orang tua kini semakin menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit anak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan anak. Dan untuk menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini. Perawatan rutin kulit juga mengekspresikan rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental seorang anak (FKUI/2005).
Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat masuknya mikroorganise ke kulit (FKUI/2005).
Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya.
Berdasarkan hasil presurvey pada bulan Maret 2008, terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Suprihartini desa Garahan kecamatan Silo kabupaten Jember”., di ambil 25% dari 76 orang ibu tersebut untuk dibagikan kuisioner. Dari hasil kuisioner ada 8 (40%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 7 (35%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5(25%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Bayi 0-1 tahun pada bulan Juli - Agustus di BPS Suprihartini Desa Garahan Kecamatan Silo Kabupaten Jember”.

Pembatasa dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah tentang Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Bayi 0-1 Tahun di BPS Suprihartini Desa Garahan Kecamatan Silo Kabupaten Jember?

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi 0-1 tahun di BPS Suprihartini desa Garahan kecamatan Silo kabupaten Jember.

Manfaat Penelitian
Manfaat Praktisi
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman ibu tentang biang keringat sehingga dapat mengatasinya dengan benar.
Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan Kebidanan khususnya yang terkait dengan pengetahuan ibu tentang biang keringat.
Manfaat Diri Sendiri
Dapat meningkatkan pengetahuan khususnya tentang biang keringat.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.202

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI