BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia gerakan nasional Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia kedua pada acara puncak peringatan hari ibu ke-62 tanggal 22 Desember 1990, menunjukkan dukungan pemerintah dalam Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) (Soetjiningsih, 1998).
Dewasa ini di Indonesia 80-90% para ibu di daerah pedesaan masih menyusui anaknya sampai umur lebih dari dua tahun, tetapi di kota-kota Air Susu Ibu (ASI) sudah banyak diganti dengan susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui anaknya dengan baik dan teratur (Tumbelaka dalam Soetjiningsih, 1997).
ASI tidak perlu diragukan lagi, karena ASI merupakan makanan anak yang paling baik dan ASI juga bermanfaat bagi tumbuh kembang anak untuk lebih optimal, akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini (Soetjiningsih, 1998).
ASI mempunyai manfaat praktis dan psikologis yang harus dipertimbangkan bila ibu memilih metode untuk pemberian makanannya. Air susu ibu adalah yang paling cocok dari semua susu yang tersedia untuk anak manusia, karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan dirinya (Nelson, 1999).
ASI merupakan makanan ideal untuk anak, secara psikologis maupun biologis. ASI memberikan keuntungan bagi keluarga maupun bagi anak dan balita. ASI mengandung zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan melindungi anak terhadap infeksi terutama infeksi pencernaan (Pudjiadi, 1997).
Pada usia sampai dengan enam bulan kebutuhan anak dapat dipenuhi oleh ASI. Setelah itu kebutuhan anak semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan produksi ASI menurun. Karena itu anak memerlukan makanan tambahan (PASI) ini dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik. Namun demikian saat menyusui dapat dibentuk pemenuhan psikologis, sehingga menyusui dapat diteruskan minimal satu tahun, karena anak dibawah usia satu tahun dalam fase oral, dimana anak akan memerlukan kebutuhan rasa aman yang sangat dominan (Moehji, 2000).
Penyapihan anak diberbagai tempat dilakukan pada berbagai umur anak. Di masyarakat pedesaan umumnya penyapihan jarang dilakukan terhadap anak sebelum umur satu tahun, bahkan berlangsung lebih lama lagi, sampai umur lebih dari dua tahun. Dalam beberapa kasus, anak tidak disapih sampai berumur empat tahun. Dilain pihak, pada masyarakat perkotaan terdapat kecenderungan yang jelas bahwa penyapihan anak dilakukan pada umur yang lebih dini, bahkan ada pula yang menyapihkannya pada umur baru beberapa minggu (Suhardjo, 2000).
Penyapihan dibawah 1 tahun dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, misalnya Kurang Energi Protein (KEP). KEP dapat terjadi karena para ibu yang telah melahirkan, dan ibu kembali lagi bekerja sehingga harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore. Dengan demikian anak tersebut tidak mendapat ASI yang merupakan nutrisi pokok disamping Pemberian Air Susu Ibu (PASI) atau makanan tambahan tidak diberikan sebagaimana mestinya (Pudjiadi, 1997).
Kebanyakan anak sedikit demi sedikit mengurangi volume frekuensi kebutuhan ASI-nya pada usia 6-12 bulan dan mereka menjadi terbiasa dengan penambahan jumlah makanan padat dan cairan dengan botol dan cangkir. Karena anak hanya butuh sedikit ASI, penyediaan ASI ibu makin lama makin berkurang, menyebabkan ibu terbebas dari kencang payudara. Penyapihan harus dimulai dengan mengganti susu formula atau susu sapi dengan botol atau cangkir pada sebagian ASI dan selanjutnya untuk semua bagian ASI (Nelson, 1999).
Penyapihan sangat bergantung pada keputusan pribadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kapan ibu bekerja kembali, bagaimana kesehatan ibu anak atau feeling ibu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengerti. Beberapa ahli menyatakan sebaiknya setelah anak berusia 1 tahun, mulai dilakukan peralihan dari puting susu ibu (www.google.com., 2011)
Tidak terpenuhinya nutrisi akan berpengaruh pada anak dan balita, sehingga timbul gizi kurang/buruk. Hal ini dapat dilihat dari SUSENAS (1998).
Dari hasil prasurvei peneliti dengan 10 orang ibu yang hadir disalah Posyandu sebanyak 7 orang (70%) mengatakan tidak mengerti apa itu penyapihan dan sebanyak 3 orang (30%) mengerti tentang penyapihan.
Berdasarkan data pra survey di Wilayah Kerja Puskesmas ............. pada tahun 2011 terdapat 30 anak yang disapih kurang dari satu tahun. (Data Puskesmas ............., 2011).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu belum mengerti tentang penyapihan. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah usia satu tahun di wilayah kerja Puskesmas ............. tahun 2011.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.2.1 Masih banyaknya ibu yang melakukan penyapihan dini pada bayinya yang berumur < 1 tahun.
1.2.2 Sebagian ibu-ibu belum mengerti tentang penyapihan
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :”Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih bayinya di bawah usia satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. tahun 2011.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. tahun 2011.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik usia ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
2. Untuk mengetahui karakteristik paritas ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
4. Untuk mengetahui karakteristik pekerjaan ibu yang menyapih anak umur di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
5. Untuk mengetahui karakteristik penghasilan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Institusi Pendidikan Program Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan pengajaran yang berkaitan dengan nutrisi atau gizi.
1.6.2 Bagi Puskesmas
Setelah diketahui tentang karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011 dapat diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap penyapihan.
1.6.3 Bagi Penelitian Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif mengenai gambaran tentang karakteristik ibu yang menyapih anak dibawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
2. Lokasi Penelitian : Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.191
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 comments:
Post a Comment