BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap tahun di seluruh dunia, jutaan manusia meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah dengan imunisasi, kejadian ini dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi pada penduduk yang memiliki resiko tinggi terserang penyakit menular yang mematikan seperti difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan masih banyak lagi penyakit-penyakit lainnya yang sewaktu-waktu muncul dan mematikan. Salah satu upaya pencegahan penyakit yang efektif adalah melalui pemberian imunisasi. Imunisasi diberikan pada anak untuk melindunginya dari penyakit-penyakit berbahaya, yang sering kali dapat mengakibatkan cacat atau kematian.1
Menurut Ranuh (2005), salah satu penyebab kematian bayi yang berhubungan dengan imunisasi adalah Hepatitis B yang dapat menimbulkan dampak pada penyakit kanker hati dan sirrosis hati yang sampai sekarang belum ada obatnya, biasanya penderita meninggal setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Penyakit Hepatitis adalah penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis. Hepatitis dibedakan menjadi 3 yaitu Hepatitis A, Hepatitis B dan Hepatitis non-A, Non-B. Penyakit hepatitis B merupakan penyakit endemik disebabkan oleh virus hepatitis B.2
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2005 sebanyak 70 juta jiwa anak-anak di negara miskin dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit infeksi yang umumnya menjangkiti mereka dan pada tahun 2006 sebanyak 19 juta jiwa dapat disembuhkan melalui kegiatan imunisasi. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di negara Afrika dan Asia, khususnya di daerah Afrika Sahara dan Asia Tenggara. Di Taiwan, satu di antara 7 orang dilaporkan mengidap virus hepatitis B. Angka kejadian penyakit hepatitis B di Indonesia adalah satu diantara 12–14 orang. Hepatitis B ini hampir 100 kali lebih infeksius dibandingkan dengan virus HIV Indonesia bahkan sudah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi dimana prevalensi HbsAg-nya lebih dari 8 persen.3
Kejadian infeksi Hepatistis pada ibu hamil yang dapat ditularkan kepada bayinya di Indonesia cukup tinggi. Infeksi hepatitis pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2001 prevelensinya sebesar 4% dan penularan dari ibu hamil yang mengidap hepatitis ke bayinya pada tahun yang sama sebesar 45.9%.4
Oleh karena itu pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi sumber penularan serta penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit hepatitis B. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi dan balita melalui pemberian imunisasi hepatitis B. Pemerintah Indonesia melalui Program Pengembangan Imunisasinya (PPI) sejalan dengan komitmen internasional Universal Child Immunization (UCI), telah menargetkan “Universal Child Immunization 80-80-80” sebagai target cakupan imunisasi untuk BCG, HB 0-7 HARI, polio, campak, dan hepatitis B, harus mencapai cakupan 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa. Saat ini data infeksi hepatitis B masih tinggi yaitu angka kejadiannya 4%-30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati menahun angka kejadiannya 20%-40% Bila program imunisasi ini berhasil, diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa diberantas dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi.5
Pencegahan terhadap penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi telah menampakan hasilnya. Meskipun program pemberian imunisasi sudah dijalankan dengan baik, namun masih terdapat beberapa cakupan imunisasi yang tidak tercapai. Masalah rendahnya cakupan imunisasi kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi, kurangnya informasi dan penyuluhan yang diberikan kepada ibu yang mempunyai bayi dan balita tentang imunisasi, sosial ekonomi, kebudayaan dan jauhnya fasilitas pelayanan kesehatan serta sulitnya vaksin yang didapat didaerah terpencil. 6
Secara nasional, pencapaian UCI tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 6.8% dari 69.43% pada tahun 2005 menjadi 76.23% pada tahun 2007. Akan tetapi pada tahun 2009 pencapaian UCI secara nasional kembali turun hanya menjadi 68,3%. Cakupan imunisasi Hepatitis B (Hb) 0-7 hari di Propinsi Riau Tahun 2009 adalah 55,41% dari 80 % target cakupan imunisasi. 7
Kabupaten yang mempunyai cakupan 17 Puskesmas dengan sasaran bayi berjumlah 8.944 bayi, pada tahun 2010 ternyata terdapat 5 puskesmas yang cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari adalah 0 % yaitu Puskesmas , Puskesmas Sipayung, Puskesmas Kilan, Puskesmas Lubuk Kandis dan Puskesmas Peranap.Dari data diatas maka didapatkan fakta bahwa cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Kabupaten belum mencapai sasaran yaitu cakupan imunisasinya masih 85 % per tahun sementara menurut data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten , jumlah vaksin yang dibutuhkan untuk imunisasi Hb 0-7 hari memadai untuk pencapaian target cakupan imunisasi sebesar 90%. 8
Wilayah kerja Puskesmas merupakan salah satu daerah dimana tidak ada satupun bayi yang dilaksanakan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari padahal seharusnyasemua ibu bersalin atau keluarganya dapat meinta kepada tenaga kesehatan penelolng persalinannya untuk dapat memeberikan vaksin imunisasi Hb 0-7 hari ini secara gratis. Hal ini disinyalir oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil dan ibu bersalin tentang pentingnya imunisasi Hb 0-7 hari bagi bayinya.
Dari hasil penelitian Maslianty (2009) tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi di Puskesmas Pekan Heran Rengat Barat didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi berkategori kurang atau nihil, dipengaruhi oleh kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan disaat kegiatan posyandu dan sikap yang kurang baik di dalam suatu komunitas diwilayah tersebut. Secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi program cakupan imunisasi yang sudah diselenggarakan.9
Kenyataan tersebut diatas membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai rendahnya cakupan imunisasi Hb 0 ini pada proposal penelitian ini dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti membuat rumusan masalah yaitu : ”Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan ibu bersalin terhadap pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu bersalin terhadap pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu bersalin terhadap pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi lingkungan ibu bersalin terhadap pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu bersalin dengan pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
g. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
h. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu bersalin dengan pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
i. Untuk mengetahui hubungan lingkungan ibu bersalin dengan pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kabupaten Tahun .
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Lahan Penelitian
Dapat menjadi masukan bagi Dinas kesehatan Kabupaten , Puskesmas serta instansi terkait lainnya dalam meningkatkan upaya pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian imunisasi Hb 0-7 hari.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Hasil penelitian dijadikan referensi, bahan bacaan dalam penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai Evidence based atau penelitian pendahulu yang dapat dijadikan dasar bagi penelitian – penelitian selanjutnya.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.241
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 comments:
Post a Comment