BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks adalah jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat pada wanita dan mempengaruhi mulut rahim, bagian yang menyambung antara rahim dan vagina. Kanker serviks dapat berasal dari leher rahim ataupun dari mulut rahim, kanker ini tumbuh dan berkembang dari serviks yang dapat menembus keluar dari serviks sehingga tumbuh diluar serviks bahkan dapat tumbuh terus sampai dinding panggul (Andrijono, 2005). Oleh karena itu kanker serviks merupakan momok yang menakutkan bagi kaum perempuan di Indonesia karena selain belum ada obatnya, kanker jenis ini masih menjadi pembunuh nomor satu perempuan pengidap kanker tersebut. Kanker serviks hingga sekarang belum ada obatnya dan sangat ditakuti kaum perempuan tapi hal ini bisa dihindari dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (Pramono, 2006)
Di antara tumor ganas ginekologi, keganasan kanker mulut rahim atau karsinoma serviks uteri menduduki urutan pertama di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia sebesar 369,1 %. Berbeda dengan negara maju karsinoma serviks uteri berada pada urutan ke-5, ini disebabkan karena adanya program test Pap Smear secara periodik dalam upaya deteksi karsinoma serviks uteri (Tambunan, 1995). Selama kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 1975-1979 kasus Ca Serviks ditemukan di RSUDGM/ RSUDP Sardjito sebanyak 179 di antara 263 kasus (68,1%). Umur penderitanya antara 30-60 tahun, terbanyak antara usia 45-50 tahun (Wiknjosastro, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 23 Februari 2009, dari data inap di Ruang Kandungan RSUD yaitu pada tahun 2008 ditemukan kasus kanker serviks sebanyak 622 pasien dari 1382 pasien, yang berarti sekitar 45% dari seluruh pasien dan mortalitas pada pasien kanker serviks sebesar 4,8%.
Penderita kanker serviks umumnya datang ke dokter kebidanan dan kandungan sudah terlambat sehinnga pengobatan yang bisa diusahakan hanya perawatan paliatif yang masih bisa dilakukan untuk tujuan peningkatan kualitas hidupnya. Banyak hal yang menyebabkan penderita datang terlambat antara lain kurangnya pengertian akan penyakit kanker pada umumnya, khususnya kanker serviks, pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini yang menyebabkan angka kematian dengan kasus kanker serviks cukup tinggi.
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik di antaranya yang paling jarang ditemukan pada perawan, insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (<16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat (sirkumsisi), sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Papilloman Virus) tipe 18 atau 16, kebiasaan merokok, serta kebersihan genetalia yang kurang (Sastrawinata, 1981). Kebersihan genetalia yang kurang dapat menimbulkan terjadinya infeksi, karena keadaan yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya kuman. Menjaga kebersihan genital agar tetap bersih dan segar adalah perlindungan terbaik terhadap infeksi alat kandungan. Fluor albus merupakan gejala terjadinya infeksi alat kandungan. Jika infeksi alat kandungan semakin lama semakin dibiarkan dan tidak ada tindakan pengobatan maka akan dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan sel yang normal menjadi abnormal dan cenderung menginfiltrasi jaringan di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kanker serviks yang juga ditandai dengan adanya fluor albus yang tidak gatal dan terkadang bercampur darah dan berbau. Dengan adanya peranan dari petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita yaitu dengan melakukan upaya terus menerus dalam memberikan KIE tentang pencegahan penyakit antara lain dengan membiasakan hidup sehat, makan makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia muda, melakukan pemeriksaan Pap’s Smear setiap enam bulan sejak melakukan hubungan seksual pertama kali serta selalu menjaga kebersihan genetalia dengan benar (Tiara, 2003). Untuk itulah diperlukan upaya untuk meningkatkan teknik vulva hygiene wanita secara benar. Dari latar belakang yang telah dijelaskan maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara teknik vulva hygiene wanita dengan kejadian kanker serviks sehingga dapat diperkirakan langkah-langkah perbaikan untuk menurunkan angka kejadian kanker serviks
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.238
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 comments:
Post a Comment