BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Kehamilan remaja merupakan masalah yang sering terjadi pada remaja saat ini. (Sri Rumini dan Siti Sundari, 2004)
Data Survei Demogrofi dan Kesehatan Indonesia tahun 2010 menunjukkan pada kelompok perempuan usia 15-19 tahun, sebanyak 9% pernah melahirkan bayi dengan 100 orang per 1.000 perempuan. Bandingkan dengan angka di Amerika yang hanya 62 orang per 1.000 perempuan.
Oleh karena itu, mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-30 % kematian wanita subur disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil, bersalin dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Tingginya angka kehamilan pada remaja di Indonesia saat ini dapat dibuktikan dari data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2006, kehamilan remaja di Indonesia menunjukkan hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 2,3 %; karena sama-sama mau sebanyak 8,5 % dan tidak terduga sebanyak 39%. Seks bebas sendiri mencapai 18,3 %. Pada tahun 2010, hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%; karena sama-sama mau sebanyak 12,9% dan tidak terduga sebanyak 45%. Seks bebas sendiri mencapai 22,6%. Di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 2006 sekitar 26% mengalami hamil di luar nikah. Sedangkan pada tahun 2010, sekitar 37% mengalami hamil di luar nikah. Angka ini meningkat 11% dari tahun 2006.
Dari data SDKI tahun 2007 menunjukkan dari 801 orang remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah, sebanyak 81 orang atau 11% berakhir dengan kehamilan yang tidak diharapkan. Diantara remaja yang hamil tersebut, sekitar 50 orang atau 57,5% mengakhiri kehamilaannya dengan melakukan aborsi. Dalam hal ini perempuan tetap menjadi npihak yang palibng dirugikan karena perempuanlah yang mempertaruhkan nyawanya. (Tukiran, Agus joko Pitoyo, dan pande Made Kutanegara, 2010)
Selain itu, menurut data yang diperoleh dari Media Indonesia, rata-rata terdapat 17% kehamilan yang terjadi per tahun, merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagian dari jumlah tersebut bermuara pada praktik aborsi. Grafik aborsi di Indonesia masuk kategori lumayan tinggi. Pada tahun dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai 2,4 juta jiwa.
Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 390/100.000 tertinggi di ASEAN menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Dewasa ini masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja makin meningkat dan menjadi masalah terutama kehamilan di bawah usia 20 tahun. Kurangnya pengetahuan seks serta adanya istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja.
Beberapa faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain hubungan seks di masa subur, renggangnya hubungan antara remaja dengan orang tuanya, rendahnya interaksi di tengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap informasi seks dan seksualitas, menabukan masalah seks dan seksualitas, kesibukan orang tua. (Surbakti, 2009:135-139).
Solusi yang diambil remaja saat mereka mengalami kehamilan di luar nikah antara lain : menggugurkan kandungannya, mengasuh sendiri anaknya, menitipkan anaknya ke panti asuhan, diadopsi oleh lingkungan keluarga, diadobsi oleh keluarga lain, anaknya dibunuh atau pun bisa dibuang. (Surbakti, 2009)
Dampak dari kehamilan pada usia remaja antara lain abortus yang didukung dengan status ekonomi sebuah keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi, keadaan emosionalnya, pasangan yang tidak bertanggung jawab. Ada juga kehamilan pada remaja beresiko terjadinya pre-eklampsia, anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian bayi, kanker pada alat kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12-17 tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali, menderita disproporsi sefalo pelvik (karena tulang panggul belum tumbuh sempurna) dan PMS. Selain itu, Kehamilan usia remaja dapat menyebabkan perceraian karena kurang matangnya kedewasaan mereka dalam membina suatu rumah tangga. (Imron, 2006)
Dari sudut kesehatan obstetri hamil pada usia remaja memberi resiko komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, preeklampsia, eklampsia, abortus. Partus prematurus, kematian perinatal, perdarahan dan tindakan operatif obstetri lebih sering dibandingkan dengan kehamilan pada golongan usia 20 tahun keatas (Soetjiningsih, 2004).
Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan di SMAN 3 yang dilakukan terhadap 9 orang remaja putri kelas II, didapat 5 orang yang tidak tahu adanya dampak dari kehamilan remaja. Remaja khususnya remaja putri yang ada di SMAN 3 kelas II sedang mempelajari alat-alat reproduksi secara umum dan mereka belum pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang dampak kehamilan remaja. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja putri tentang dampak kehamilan remaja di SMAN 3 .
Dari data dan masalah yang telah diuraikan diatas, solusi yang dapat mengurangi dan mencegah adanya kehamilan pada remaja adalah dilakukannya pendekatan antara orang tua dan anak remaja mereka khususnya remaja putri, menyarankan kepada orang tua agar tetap mengawasi putra-putri mereka tanpa membatasi aktivitas. Dengan demikian orang tua tetap bisa mengontrol dan mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh putra-putri mereka di luar rumah. Selain itu kita juga perlu memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri tentang dampak dari kehamilan remaja, memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada orang tua mereka. (Imron, 2006)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 .
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisa tingkat pengetahuan remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 .
b. Menganalisa sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 .
c. Menganalisa adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 .
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu yang berkait dengan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri terhadap kehamilan remaja di SMAN 3 .
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi (Akbid )
Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi yang dipergunakan untuk menambah pengetahuan kesehatan reproduksi seluruh siswa khususnya dalam mencegah kehamilan remaja.
b. Bagi Institusi Yang Diteliti (SMAN 3 )
Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi seluruh siswa khususnya dalam mencegah kehamilan remaja.
c. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu kesehatan reproduksi dan meningkatkan kemampuan melakukan penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti dapat menganalisa pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap dampak kehamilan remaja sehingga peneliti dapat mengaplikasikan hasil penelitian yang didapat secara lansung untuk mencegah terjadinya kehamilan pada remaja.
d. Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman remaja putri siswi kelas II SMAN 3 tentang dampak kehamilan yang sering terjadi dikalangan remaja.
1.5 Keaslian Tulisan
Masngudin HMS (2004), Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga dengan Kenakalan Remaja Di Pondok Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta. Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional secara bivariat antara beberapa variabel yang dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus product moment. Kemudian diperoleh hasil perhitungan r = - 0,6022 dengan taraf significansi 5%, dari sampel 30 adalah 0,36, berarti ada hubungan negative antara keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja di Pondok Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta. Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan semakin rendah tingkat kenakalan remajanya, demikian sebaliknya semakin rendah keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya. (http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm)
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 comments:
Post a Comment