BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan
dalam bidang kesehatan di arahkan untuk meningkatkan beberapa aspek
seperti kualitas sumber daya manusia, kualitas hidup, usia harapan
hidup, kesejahteraan keluarga dan masyarakat akan pentingnya hidup sehat
dan produktif. Hal ini tercermin dalam tujuan pembangunan nasional di
bidang kesehatan yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Dengan demikian masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi
aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri.
Sesuai tuntutan reformasi pembangunan maka sektor kesehatan juga mengalami perubahan yang sangat mendasar yaitu mengajak dan memotivasi masyarakat pada umumnya dan penyelenggara pelayanan kesehatan khususnya untuk mulai mengubah pola pikir dari sudut pandang yang sehat yang di kenal dengan istilah paradigma sehat ( paradigma sehat, 2010 ).
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat terkait dengan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan mutu gizi yang seimbang. Pemenuhan kebutuhan gizi, terutama diperlukan sejak masa janin sampai anak-anak berusia lima tahun. Masa-masa ini merupakan masa rawan bagi anak. Pemenuhan gizi pada masa rawan sangat menentukan kualitas seseorang ketika mencapai usia produktif (Krisnatuti, 2001 ).
Kelompok masyarakat yang digolongkan sebagai grup rawan gizi adalah bayi /anak kecil, ibu hamil, ibu menyusui dan orang tua lanjut usia. Namun demikian, bayi dapat dikatakan yang paling memerlukan perhatian dalam hal makanannya, mengingat kondisi badannya yang masih sangat lemah (Muchtadi, 1996 ).
Sejak dini anak harus diberi makanan yang bergizi agar pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat berlangsung secara optimal. Jadi selain mengkonsumsi ASI, bayi yang berumur diatas 4-6 bulan harus dikenalkan makanan pendamping ASI. Ibu yang bijaksana, sebaiknya memahami seluk beluk mengenai makanan pendamping ASI, terutama mengenai kapan makanan pendamping ASI harus di berikan, jenis bentuk, dan jumlahnya (Yenrina, 2001 ).
Sebagai salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua, perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi penyuluhan /pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua /anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya (Supartini, 2004 ).
Menurut wong ( 2001 ) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan adalah dengan terlihat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorietasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat dan menilai perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak.
Penelitian terhadap “ The Cambridge Boys” menunjukkan bahwa pertambahan berat badan bayi yang terlambat diberi makanan pendamping ASI lebih lambat dibandingkan dengan yang sudah mendapat makanan tambahan. Masalah kekurangan gizi, khususnya pada anak di bawah dua tahun ( baduta ), merupakan masalah yang harus segera ditangani. Jika diabaikan, hal ini dapat mengakibatkan lost generation.
Hasil penelitian tentang tumbuh kembang balita di Indonesia, Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH menjelaskan bahwa pemberian makanan pendamping ASI bagi balita penting karena selain mencukupi kekurangan gizi sejak janin dalam kandungan, ketidaktaatan sang ibu bayi memberikan ASI Eksklusif serta mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang balita.
Dari hasil wawancara dengan ibu-ibu selama praktek keperawatan komunitas di lingkungan di dapatkan data penyuluhan kesehatan dan pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI masih kurang.
Berdasarkan uraian diatas menunjukakan bahwa sejak dini, anak harus diberi makanan bergizi dalam rangka mencapai proses tumbuh kembang yang optimal dan pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pemberian makanan ppendamping ASI memegang peranan yang sangat penting. Penyuluhan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan orang tua (terutama ibu) dalam berperan secara aktif untuk memberikan makanan tambahan pada anaknya
Maka hal ini yang mendorong peneliti mengadakan penelitian tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI ( umur 6-24 bulan ) di kelurahan Kabupaten .
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI ( 6-24 bulan ) di kelurahan kabupaten .
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI ( umur 6-24 bulan ) di kelurahan kabupaten .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami pengertian makanan pendamping ASI.
b. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami manfaat makanan pendamping ASI.
c. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami syarat-syarat makanan pendamping ASI.
d. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami jenis makanan pendamping ASI dan waktu pemberiannya.
e. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami cara membuat makanan pendamping ASI.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas barandasi kabupaten .
2. Sebagai tambahan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman bagi peneliti tentang pengaruh penyuluhan kesehatan bagi ibu dalam pemberian makanan tambahan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih ilmiah dan bahan bacaan untuk penelitian lebih lanjut.
Sesuai tuntutan reformasi pembangunan maka sektor kesehatan juga mengalami perubahan yang sangat mendasar yaitu mengajak dan memotivasi masyarakat pada umumnya dan penyelenggara pelayanan kesehatan khususnya untuk mulai mengubah pola pikir dari sudut pandang yang sehat yang di kenal dengan istilah paradigma sehat ( paradigma sehat, 2010 ).
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat terkait dengan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan mutu gizi yang seimbang. Pemenuhan kebutuhan gizi, terutama diperlukan sejak masa janin sampai anak-anak berusia lima tahun. Masa-masa ini merupakan masa rawan bagi anak. Pemenuhan gizi pada masa rawan sangat menentukan kualitas seseorang ketika mencapai usia produktif (Krisnatuti, 2001 ).
Kelompok masyarakat yang digolongkan sebagai grup rawan gizi adalah bayi /anak kecil, ibu hamil, ibu menyusui dan orang tua lanjut usia. Namun demikian, bayi dapat dikatakan yang paling memerlukan perhatian dalam hal makanannya, mengingat kondisi badannya yang masih sangat lemah (Muchtadi, 1996 ).
Sejak dini anak harus diberi makanan yang bergizi agar pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat berlangsung secara optimal. Jadi selain mengkonsumsi ASI, bayi yang berumur diatas 4-6 bulan harus dikenalkan makanan pendamping ASI. Ibu yang bijaksana, sebaiknya memahami seluk beluk mengenai makanan pendamping ASI, terutama mengenai kapan makanan pendamping ASI harus di berikan, jenis bentuk, dan jumlahnya (Yenrina, 2001 ).
Sebagai salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua, perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi penyuluhan /pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua /anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya (Supartini, 2004 ).
Menurut wong ( 2001 ) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan adalah dengan terlihat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorietasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat dan menilai perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak.
Penelitian terhadap “ The Cambridge Boys” menunjukkan bahwa pertambahan berat badan bayi yang terlambat diberi makanan pendamping ASI lebih lambat dibandingkan dengan yang sudah mendapat makanan tambahan. Masalah kekurangan gizi, khususnya pada anak di bawah dua tahun ( baduta ), merupakan masalah yang harus segera ditangani. Jika diabaikan, hal ini dapat mengakibatkan lost generation.
Hasil penelitian tentang tumbuh kembang balita di Indonesia, Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH menjelaskan bahwa pemberian makanan pendamping ASI bagi balita penting karena selain mencukupi kekurangan gizi sejak janin dalam kandungan, ketidaktaatan sang ibu bayi memberikan ASI Eksklusif serta mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang balita.
Dari hasil wawancara dengan ibu-ibu selama praktek keperawatan komunitas di lingkungan di dapatkan data penyuluhan kesehatan dan pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI masih kurang.
Berdasarkan uraian diatas menunjukakan bahwa sejak dini, anak harus diberi makanan bergizi dalam rangka mencapai proses tumbuh kembang yang optimal dan pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pemberian makanan ppendamping ASI memegang peranan yang sangat penting. Penyuluhan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan orang tua (terutama ibu) dalam berperan secara aktif untuk memberikan makanan tambahan pada anaknya
Maka hal ini yang mendorong peneliti mengadakan penelitian tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI ( umur 6-24 bulan ) di kelurahan Kabupaten .
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI ( 6-24 bulan ) di kelurahan kabupaten .
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI ( umur 6-24 bulan ) di kelurahan kabupaten .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami pengertian makanan pendamping ASI.
b. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami manfaat makanan pendamping ASI.
c. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami syarat-syarat makanan pendamping ASI.
d. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami jenis makanan pendamping ASI dan waktu pemberiannya.
e. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu memahami cara membuat makanan pendamping ASI.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas barandasi kabupaten .
2. Sebagai tambahan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman bagi peneliti tentang pengaruh penyuluhan kesehatan bagi ibu dalam pemberian makanan tambahan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih ilmiah dan bahan bacaan untuk penelitian lebih lanjut.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.283
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 comments:
Post a Comment